Thursday, December 20, 2018

VARIASI DALAM MENGAJAR


  BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Yang dimaksud dengan variasi belajar mengajar adalah berbagai upaya yang terencana dan sistematis dalam menggunakan berbagai komponen yang memengaruhi kegiatan belajar mengajar, seperti dalam hal penggunaan media dan bahan pengajaran, metode dan interaksi antara guru dan para siswa, dan sebagainya.[1]
            Fakta dilapangan bahwa telah jarang bahkan hampir tidak ada lagi guru-guru yang menggunakan variasi dalam mengajar padahal variasi dalam mengajar sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Alasan yang mendasari perlunya mengembangkan proses belajar mengajar yang variatif itu, yaitu adanya unsur kejenuhan atau kebosanan pada diri manusia termasuk anak didik. Sikap jenuh dan bosan adalah merupakan salah satu bagian dari watak dasar manusia. Manusia selalu menghendaki adanya variasi dalam berbagai hal yang menyangkut kebutuhan hidupnya. Manusia membutuhkan variasi dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, musik, tempat rekreasi, dan lain sebagainya. Berbagai kecenderungan manusia ini harus direspons dengan cara memberi pelayanan dalam berbagai hal yang variatif.
            Banyak guru yang kurang mengerti dalam melaksanakan variasi dalam mengajar bahkan ada yang tidak tau, dikarenakan kurangnya pengetahuan atau juga kurang efektifnya guru memperhatikan saat kegiatan pelatihan berlangsung dampaknya seperti sekarang ini kurangnya pemahaman, jdi guru diharuskan bisa menggunakan variasi dalam mengajar agar murid tidak merasa bosan dan dapat lebih mudah menangkap pelajaran.
            Dampak dari tidak terlaksananya variasi dalam mengajar adalah akan terjadi unsur kejenuhan atau kebosanan pada diri manusia termasuk anak didik. Sikap jenuh dan bosan adalah merupakan salah satu bagian dari watak dasar manusia dan juga kurangnya pemahaman peserta didik dalam memahami pelajaran yang sedang berlangsung.
            Solusinya adakan pelatihan guru secara rutin agar guru dapat belajar secara continue dan dapat lebih memahami peserta didik dan dapat memanfaatkan segala variasi dalam mengajar jadi dengan semua itu dapat terlaksana proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan efektif.
            Pentingnya variasi dalam mengajar adalah bahwa kurikulum sekarang ini telah berganti menjadi kurikulum 2013 yang mana semua peserta didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan adanya variasi dalam mengajar guru dapat membantu siswa untuk dengan mudah aktif melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena variasi dalam mengajar membantu terlaksananya aktifitas dalam kegiayan belajar mengajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian variasi mengajar?
2.      Apa tujuan variasi mengajar?
3.      Bagaimana prinsip penggunaan variasi dalam mengajar?
4.      Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Variasi Mengajar
            Yang dimaksud dengan variasi belajar mengajar adalah berbagai upaya yang terencana dan sistematis dalam menggunakan berbagai komponen yang memengaruhi kegiatan belajar mengajar, seperti dalam hal penggunaan media dan bahan pengajaran, metode dan interaksi antara guru dan para siswa, dan sebagainya.[2] Diketahui, bahwa media dan bahan pengajaran, demikian pula metode dan pola interaksi tidak hanya satu macam, melainkan amat beragam. Semua hal tersebut perlu dipertimbangkan untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut semakin variatif dan berkembang.
            Ada alasan yang mendasari perlunya mengembangkan proses belajar mengajar yang variatif itu, yaitu adanya unsur kejenuhan atau kebosanan pada diri manusia termasuk anak didik. Sikap jenuh dan bosan adalah merupakan salah satu bagian dari watak dasar manusia. Manusia selalu menghendaki adanya variasi dalam berbagai hal yang menyangkut kebutuhan hidupnya. Manusia membutuhkan variasi dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, musik, tempat rekreasi, dan lain sebagainya. Berbagai kecenderungan manusia ini harus direspons dengan cara memberi pelayanan dalam berbagai hal yang variatif.
            Belajar mengajar adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepribadiannya.[3] Belajar mengajar juga akan mengalami kebosanan jika tidak dilakukan secara variatif. Hal yang demikian merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru sebagai penggerak utama terjadinya kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran merupakan proses menyiapkan lingkungan yang memungkinkan anak untuk melakukan pembelajaran dalam rangka mencapai perubahan perilaku. Untuk mengaplikasikan tugas-tugas pembelajaran lebih kreatif, sehingga tercapai tujuan atau sasaran yang diharapkan dalam proses pembelajaran maka setiap guru sangat dituntut untuk memiliki kompetensi dalam proses pembelajaran.[4]
Guru merupakan komponen pendidikan yang memegang peran sentral dalam proses belajar mengajar. Guru perlu kompeten dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut dari pembelajaran yang ia laksanakan agar siswa dapat memperluas dan memperdalam kualitas pengetahuannya, memiliki kreativitas, memiliki kemampuan inovasi, berekspresi dan memiliki aneka ragam keterampilan.[5]
B.     Tujuan Variasi Mengajar
            Penggunaan media dan bahan pengajaran, metode, pendekatan, gaya, dan sebagainya dalam kegiatan belajar mengajar yang variatif perlu dilakukan karena memiliki tujuan yang amat menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Berbagai tujuan yang menguntungkan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :[6]
1.      Meningkatkan motivasi belajar dan mengajar
      Kegiatan belajar mengajar yang baik adalah kegiatan belajar mengajar yang dapat menarik minat para siswa, menyenangkan dan menggairahkan. Kegiatan belajar mengajar yang demikian akan terjadi, apabila para siswa dan juga guru memiliki motivasi untuk belajar dan mengajar. Motivasi yang demikian itu akan terjadi melalui penggunaan berbagai komponen belajar mengajar yang variatif dan berkembang.
      Upaya membangkitkan motivasi belajar mengajar melalui penggunaan berbagai komponen belajar mengajar yang variatif itu juga dipentingkan, mengingat motivasi belajar para siswa dan motivasi mengajar para guru juga tidak sama tingkatannya, ada yang tinggi dan ada yang rendah, dan ada pula yang sedang-sedang saja. Berbagai motivasi belajar mengajar tersebut harus terus dibina dan di tingkatkan melalui pengembangan variasi belajar mengajar dengan berbagai komponennya. Demikian pula, motivasi guru dalam megajar juga harus dibina dan ditingkatkan secara terus-menerus.
2.      Meningkatkan perhatian para siswa kepada guru
      Perhatian para siswa kepada guru merupakan salah satu faktor yang mendukung kesuksesan dalam belajar mengajar. Berbagai penjelasan, saran, bimbingan, dan tugas-tugas yang diberikan guru akan menarik perhatian para siswa jika berbagai hal yang diberikan oleh guru itu bervariasi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru harus melakukan kombinasi, variasi dan pengembangan dalam hal penggunaan metode, gaya mengajar, perhatian kepada siswa, suara, kontak pandang dan sebagainya yang memengaruhi kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya guru yang tidak mampu melakukan variasi dalam gaya, metode, pendekatan dan lainnya dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan ditinggalkan atau tidak diperhatikan oleh para siswa. Keadaan ini bukan saja secara psikologis dan sosiologis merugikan guru, melainkan juga merugikan para siswa dan lembaga penyelenggara kegiatan pendidikan tersebut.
3.      Meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui dari adanya indikator perubahan wawasan, pola pikir, penghayatan, sikap, cara pandang, dan sebagainya pada diri para siswa yang selanjutnya dapat mereka pergunakan untuk meraih keberhasilan dalam menit karier, kehidupan, dan sebagainya.
      Keberhasilan kegiatan belajar mengajar, yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan tersebut akan dapat terwujud apabila ada motivasi atau keinginan yang kuat untuk mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan pada berbagai lembaga pendidikan.
Motivasi dan keinginan yang kuat ini akan dapat terwujud apabila ada motivasi atau keinginan yang kuat untuk mengikuti proses belajar mengajar yang diselenggarakan pada berbagai lembaga pendidikan.
      Untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang berkualitas, perguruan tinggi memainkan peran yang sangat strategis, yaitu melalui pendidikan yang akan menghasilkan para sarjana sebagai penggerak pembangunan masyarakat. [7]
C.     Prinsip Penggunaan Variasi Dalam Mengajar
            Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apa pun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan beajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apabila jika sebagian besar siswa tidak mau memperhatikan penjelasan yang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi pelajaran tertentu.
            Agar kegiatan pengajaran dapat meragsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut:[8]
1.      Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2.      Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak  didik dan proses belajar mengajar tidak terganggu.
3.      Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
a.       Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa
b.      Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
            Demikian pembahasan mengenai prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar. Tinggal guru saja yang harus menggunakannya secara tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan belajar mengajar yang tercipta untuk mencapai tujuan, yaitu keberhasilan belajar mengajar dari segi proses maupun produk.

D.    Komponen-Komponen Variasi Mengajar
            Pada uraian terdahulu telah disinggung bahwa komponen-komponen variasi mengajar itu dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta variasi interaksi. Uraian yang mendalam dati ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut ini:[9]
1.      Variasi gaya mengajar
      Variasi ini pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa, variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi simulasi. Variasi dalam gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:
a.       Variasi suara
Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu peristiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara   pelan dengan seorang anak didik, atau berbicara secara tajam dengan anak didik yang kurang perhatian, dan seterusnya.
b.      Penekanan (focusing)
Untuk memfokuskan perhatian anak didik pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan “penekanan secara verbal” misalnya, “perhatikan baik-baik!” penekanan seperti itu biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan yang dapat menunjukkan dengan jari atau memberi tanda pada papan tulis.
c.        Pemberian waktu (pausing)
Untuk menarik perhatian anak didik, dapat dilakukan dengan mengubah yang bersuara menjadi sepi, dari suatu kegiatan menjadi tanpa kegiatan atau diam, dari akhir bagian pelajaran ke bagian berikutnya. Dalam keterampilan bertanya, pemberian waktu dapat diberikan setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan, untuk mengubahnya menjadi pertanyaan yang lebih tinggi tingkatannya setelah keadaan memungkinkan. Bagi anak didik, pemberian waktu dipakai untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap.
d.      Kontak pandang
Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan anak didik, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap anak didik untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu anak didik dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian anak didik.
e.       Gerakan anggota badan (Gesturing)
Variasi dalam mimik, gerakan kepala atau badan merupakan bagian yang terpenting dalam komunikasi. Tidak hanya untuk menarik perhatian saja, tetapi juga menolong dalam menyampaikan arti pembicaraan.
f.       Pindah posisi
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian anak didik, dapat meningkatkan kepribadian guru. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakag, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau di antara anak didik dari belakang ke samping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang terpenting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir. Guru yang kaku adalah tidak menarik dan menjemukan, dan bila variasi dilakukan secara berlebihan adalah mengganggu.
2.      Variasi media dan bahan ajar
      Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau senang menbaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap indra anak didik.
      Ada tiga koponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandangan, media dengar, dan media laktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra anak didik, membuat perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi motivasi untuk belajar, mendorong berpikir, dan meningkatkan kemampuan belajar. Guru memudahkan pemahaman mengenai media pandang, media dengar, dan media taktil ini dapat diikuti uraian berikut:
a.       Variasi media pandang
            Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, radio, recorder, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan:
1.      Membantu secara konret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
2.      Memiliki secara potensial perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi.
3.      Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegaiatan mandiri anak didik.
4.      Mengembangkan cara berpikir berkesinambugan, seperti halnya dalam film.
5.      Memberi pengamanan yang tidak mudah dicapai oleh alat yang lain.
6.      Menambah frekuensi kerja, lebih dalam, dan variasi belajar.
b.      Variasi media dengar
            Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam komunikasi, dan ini telah pernah disinggung. Variasi dalam penggunaan media dengan memerlukan sekali saling bergantian atau kombinasi dengan media pandangan dan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu di antaranya ialah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi dan suara ikan lumba-lumba, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
c.       Variasi media taktil
Komponen terakhir dari keterampilan menggunakan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada anak didik, untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan anak didik dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai “media taktil”. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil. Contoh : dalam bidang studi sejarah dapat membuat maket desa zaman majapahit; dalam bidang studi geografi dapat membuat model lapisan tanah; mengumpulkan berbagai jenis mata uang logam contoh untuk bidang studi ekonomi.
3.      Variasi interaksi
Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
a.       Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b.      Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada anak didik.
     Di antara dua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antara anak didik dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.


BAB III
PENUTUP
Simpulan
            Yang dimaksud dengan variasi belajar mengajar adalah berbagai upaya yang terencana dan sistematis dalam menggunakan berbagai komponen yang memengaruhi kegiatan belajar mengajar, seperti dalam hal penggunaan media dan bahan pengajaran, metode dan interaksi antara guru dan para siswa, dan sebagainya.
   Penggunaan media dan bahan pengajaran, metode, pendekatan, gaya, dan sebagainya dalam kegiatan belajar mengajar yang variatif perlu dilakukan karena memiliki tujuan yang amat menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Berbagai tujuan yang menguntungkan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
1.      Meningkatkan motivasi belajar dan mengajar
2.      Meningkatkan perhatian para siswa kepada guru
3.      Meningkatkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar
            Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut:
1.      Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2.      Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian anak didik dan proses belajar mengajar tidak terganggu.
3.      Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
            Pada uraian terdahulu telah disinggung bahwa komponen-komponen variasi mengajar itu dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta variasi interaksi.












ar Pustaka
               
Bahri, Syaiful dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinekacipta.
Efrilianti, Liya . 2016. Implementasi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Logis-Matematis Terhadap Hasil Belajar. Tadrib. Vol. 02 No. 1.
Manizar, Ely. 2017. “Optimalisasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah”. Tadrib , Vol. 03. No. 2. 252-277.Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat pers.
Soraya,  Nyayu . 2018. Analisis Persepsi Mahasiswa Terhadap Kompetensi Dosen Dakam Mengajar Pada Program Studi PAI. Tadrib. Vol. IV. No. 1.


                [1]Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), hlm. 23.
                [2]Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat pers, 2002), hlm. 23.
                [3]Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 284. 
[4] Ely Manizar, “Optimalisasi Pendidikan Agama Islam di Sekolah”, Tadrib, 2017, Vol. 03. No. 2, hlm. 267.
[5] Liya Efrilianti, “Implementasi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Logis-Matematis Terhadap Hasil Belajar”, Tadrib, 2016, Vol. 02 No. 1, hlm. 42.
                [6] Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 284.  
[7] Nyayu Soraya, Analisis Persepsi Mahasiswa Terhadap Kompetensi Dosen Dakam Mengajar Pada Program Studi PAI, tadrib, 2018, Vol. IV, No. 1. Hlm. 184.
                [8] Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 2010), hlm. 166-167.
                [9] Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka cipta, 2010), hlm. 167.

No comments:

Post a Comment

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI      Disusun oleh Laili Hernita         (1652100137)               ...