TEKNIK-TEKNIK
MENDAPATKAN UMPAN BALIK
Disusun
oleh :
Krisna Ganesa (1642100136)
Dosen
Pembimbing :
SYARNUBI, M.Pd.I
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2018
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Umpan balik
adalah perilaku guru
untuk membantu setiap
siswa yang mengalami kesulitan
belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil kerja
siswa sehingga lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Umpan balik
adalah koreksi terhadap
jawaban-jawaban atas respon siswa dalam mengerjakan tes atau
latihan.
Fakta yang terjadi di lapangan,
guru hanya memberikan umpan balik (feedback) sebatas menunjukkan letak
kesalahan siswa tanpa memberitahukan jawaban yang benar dan konsepnya secara
sistematis. Pemberian umpan balik (feedback) itu pun tidak rutin
dilakukan, hanya sebatas saat ujian semester. Hal ini dimungkinkan dapat
mengakibatkan siswa melakukan kesalahan yang sama setiap mengerjakan soal yang
serupa atau sejenis. Oleh sebab itu dibutuhkan umpan balik (feedback)
yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yaitu berupa pemberian nilai,
pembahasan secara tertulis pada lembar jawaban siswa serta umpan balik (feedback)
yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian umpan balik ?
2.
Apa tujuan
dari umpan balik tersebut ?
3.
Bagaimana
teknik mendapatkan umpan balik ?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Umpan Balik
Dalam
kamus Lengkap Bahasa Indonesia teknik adalah metode atau sistem mengerjakan
sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu. Umpan balik merupakan suatu
pengaplikasian dari strategi dan metode umpan balikdengan tujuan
mencariinformasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas, dan
dalam kesempatan ini pula anak didik dapat memperbaiki hasil belajar yang
kurang maksimal.[1]
Umpan
balik yang diberikan oleh anak didik selama pelajaran berlangsung
bermacam-macam, tergantung dari ransangan yang diberikan oleh guru. Adapun
ransangan guru dalam bentuk Tanya, maka tanggapan anak didik dalam bentuk
jawab. Lahirlah interaksi melalui Tanya jawab antara guru dengan anak didik.[2]
Yang dimaksud umpan balik adalah
pemberian informasi yang diperoleh siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan
pencapaian/hasil belajarnya.[3]
Dalam kondisi tertentu, umpan
balik dapat berfungsi memperbaiki belajar siswa. Kondisi atau keadaan siswa
maupun situasi pengajaran menentukan keberhasilan usaha pemberian umpan balik
terhadap belajar siswa. Sehingga dalam memberikan umpan balik guru harus
melihat keadaan siswa, bahan yang hendak dipelajari dan kondisi saat jam
pelajaran.
Melalui umpan balik seorang siswa
dapat mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya,
dengan umpan balik siswa dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri, atau dengan
kata lain, sebagai koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.
Bagi seorang guru, dengan umpan
balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasi oleh
siswa. Setelah mengetahui tingkat kemampuan siswa, guru dapat menentukan bentuk
evaluasi yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya.
Herman Hudoyono mengatakan
“berikan umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan jawaban soal kepada
siswa, dapat pula ditunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa
pada saat mengoreksi tugas-tugasnya.[4]
Dengan demikian, umpan balik
bermakna dalam usaha meningkatkan
kualitas pendidikan, terlebih lagi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
secara benar dan maksimal.
Jadi dari sekian banyak
penjelasan di atas bahwa umpan balik adalah proses pemberian balasan atas
respon yang diberikan oleh penerima pesan kepada pemberi pesan tentang sejauh
mana ia memahami isi pesan tersebut, jadi bisa dikatakan sebagai balasan atau
tanggapan yang diberikan oleh guru terhadap respon yang diberikan oleh siswa
tentang materi yang dijelaskan oleh guru.
B. Tujuan Umpan Balik
Pengajar seharusnya dapat
mengetahui sejauh mana murid mengerti bahan yang telah diajarkan, sehingga
pengajar dapat menentukan apakah akan melanjutkan materi selanjutnya atau perlu
adanya pengulangan. Apabila masih banyak materi yang belum dimengerti oleh murid,
sebaiknya pengajar mengulang materi tersebut. Seringnya murid tidak mengetahui
sejauh mana mereka mengerti dengan bahan ajar yang telah disampaika. Oleh
karena itu, pengajar perlu mengadakan umpan balik.
Umpan balik tidak sama dengan
penilain. Umpan balik hanya bertujuan untuk mencari informasi sampai dimana
murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid/mahasiswa juga
diberikan kesempatan untuk memeriksa sampai dimana mereka mengerti bahan
tersebut, sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum
lengkap.[5]
Tanya jawab memungkinkan guru
untuk memeriksa pemahaman murid tentang pelajarannya, dan ini penting untuk
mengetahui sejauh mana murid menangkap topik yang diajarkan.
Menurut Kardi dan Nur, untuk
memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat
digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut:[6]
1. Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan,
hal ini tidak berarti umpan balik perlu diberikan kepada siswa dengan seketika,
namun umpan balik seharusnya diberikan segera setelah latihan sehingga siswa
dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.
2. Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin
agar dapat membantu siswa.
3. Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan
bukan pada maksud yang tersirat dalam tingkah laku tersebut.
4. Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa.
5. Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang
benar.
6. Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana
melakukannya dengan benar. Apabila mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan
salah umpan balik negatif harus selalu disertai dengan demonstrasi yang benar
oleh guru.
7. Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan
bukan pada hasil.
8. Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya
sendiri, dan bagaimana menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.
Jadi, tujuan dari umpan balik adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana
pemahaman murid terhadap bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru dan juga
sebagai pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya.
C. Teknik Mendapatkan Umpan Balik
Untuk mendapatkan umpan balik dari
anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap
anak didik sebagai makhluk individual. Berikut ini akan diuraikan beberapa
teknik untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
1. Memancing Apersepsi Anak Didik
Anak
didik adalah makhluk individual.
Anak didik adalah orang yang mempunyai kepribadian dengan
ciri-ciri khas sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhannya. Perkembangan dan
pertumbuhan anak didik mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya. Perkembangan dan
pertumbuhan anak itu sendiri dipengaruhi lingkungan dimana anak hidup
berdampingan dengan orang lain disekitarnya dan dengan alam lingkungan hidup
lainnya. Itulah sebabnya, anak sebagai makhluk individual suatu waktu harus
hidup berdampingan dengan semua orang dalam lingkup kehidupan sosial di
masyarakat.[7]
Apersepsi
adalah suatu penafsiran buah pikiran yaitu menyatukan dan mengasimilasi sesuatu
pengamatan dan pengalaman yang telah dimiliki. Apersepsi sebagai salah satu
fenomena psikis yang dialami individu ketika ada suatu kesan baru yang masuk
dalam kesadaran serta bersosialisasi dengan kesan-kesan lama yang sudah
dimiliki dengan pengolahan sehingga menjadi kesan yang luas, kesan yang lama
disebut dalam apersepsi.[8]
Bahan apersepsi sangat membantu anak didik dalam
usaha mengelolah kesan-kesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Penjelasan demi penjelasan dapat anak didik cerna secara bertahap sehingga
jalan pelajaran berakhir. Dengan begitu, guru jangan khawatir bahwa anak didik
tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan. Tapi yakinlah bahwa anak didik
dapat menguasai sebagian atau seluruh bahan pelajaran yang diberikan dalam
suatu pertemuan.[9]
Pengalaman
anak mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi
yang dipunyai oleh anak. Pertama kali anak menerima bahan pelajaran dari guru
dalam suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima sesuatu
yang baru; dan hal itu tetap menjadi milik anak. Dengan demikian, usaha guru
menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki anak didik dengan pengetahuan
yang masih relevan yang akan diberikan, merupakan teknik untuk mendapatkan
umpan balik dari anak didik dalam pengajaran.[10]
2.
Memberi Kesempatan Siswa Untuk Mengungkapkan
Anak didik sebaiknya diberi kesempatan
untuk memperhatikan pengetahuan atau
pengertian tentang sesuatu yang dijelaskan, atau minta anak didik untuk
mengungkapkan hal-hal yang mereka belum tahu. Cara terseebut dapat dilakukan
dengan memberi pertanyaan kepada peserta didik. Umpan balik dapat juga
diketahui melalui keinginan atau kesenangan anak didik. Anak didik senang bila
guru memintanya untuk mendiskusikan kegiatannya sehari-hari, atau atas pilihannya sendiri. Menjelaskan
yang diakitkan dengan keinginan atau kesenangan akan dapat memberi sumbangan
pikiran kepada anak didik lainnya untuk membentuk generalisasi. Umpan balik
dapat juga didapat dari pengamatan tingkah laku anak didik melalui pertanyaan
yang sifatnya komprehensif.[11]
3.
Meluangkan Waktu Dalam Mengetahui Pemahan Siswa
Untuk mengetahui
apakah siswa telah memahami apa yang telah dijelaskan, guru perlu memperoleh
balikan atau umpan balik dari siswa. Untuk memperoleh ini, pada saat memberikan penjelasan, guru hendak
meluangkan waktu untuk senantiasa mengecek pemahaman siswa. Misalnya, dengan
mengajukan pertanyaan yang sudah jelas.[12]
Apabila balikan
dari siswa belum menujukkan adanya atau masih terdapat materi yang belum
dipahami siswa maka guru hendaknya melakukan upaya-upaya untuk mengatasinya,
yang disesuaikan dengan permasalahan penyebab keadaan tersebut. Jika masalahnya
berkaitan dengan adanya kelemahan teknik menjelaskan maka guru harus mengubah
teknik menjelaskan tersebut.[13]
4. Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang Akseptable.
Bahan pelajaran adalah isi yang
disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Bahan yang akan
disampaikan oleh guru itu bermacam-macam sifatnya, mulai dari yang mudah,
sedang, sampai ke yang sukar. Tinajauan mengenai sifat bahan ini dikarenakan
dalam
setiap kali proses belajar mengajar berlangsung ada di antara anak didik yang
kurang mampu memproses
(mengolah) bahan dengan baik, sehingga pengertian pun sukar didapatkan.
Inteligensi adalah faktor lain yang menyebabkannya. Sukar dipahaminya
penjelasan guru juga menjadi faktor penyebabnya.[14]
Untuk seorang guru yang kurang terbiasa
berbicara dan kurang pandai memilih kata serta kalimat yang dapat mewakili isi
pesan yang disampaikan setiap bahan pelajaran akan mengalami kesulitan untuk
mengantarkan anak didik menjadi orang yang paham ata bahan yang di ajarkan itu.
Dipaksakan juga adalah perbuatan yang sia-sia. Waktu terbuang dengan percuma. Anak didik bingung dan
mungkin setumpuk pertanyaan berkecamuk di dalam benaknya. Hasilnya tidak lain
adalah kegagalan seseorang guru mengajar, dan merupakan kegagalan pula dalam
usahanya mengantarkan anak didik mencapai tujuan.[15]
Guru yang menyadari
kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran yang disampaikan
sebaiknya memanfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan.
Fakta, konsep, atau prinsip yang kurang dapat dijelaskan lewat kata-kata atau
kalimat dapat diwakilkan kepada alat bantu untuk menejelaskannya. Dengan
begitu, kelemahan metode ceramah tertutupi. Alat bantu yang cocok dapat mengkonkretkan
masalah yang rumit dan komplek menjadi seolah-olah sederhana.[16]
5. Memilih Motivasi yang Akurat
Motivasi
adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya
motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,
membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap
proses pembelajaran.[17]
Guru sangat
penting dalam memberikan motivasi, mendorong dan memberikan respon positif guna
untuk membangkitakan kembali semangat siswa yang mulai turun. Guru bertindak
sebagai alat pembangkit motivasi (motivator) bagi peserta didik.[18] Guru memberi moyivasi kepada siswa
tidak hanya saja bersifat verba, behavioral, perilaku bahkan melalui prilaku
guru.[19]
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dengan
sengaja disiptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang dan
bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif
dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Keinginan ini selalu ada pada
setiap diri guru dimana pun dan kapanpun. Hanya sayangnya, tidak semua
keinginan guru itu terkabul semuanya karena sebagai faktor penyebabnya. Masalah
motivasi adalah salah satu dari sederetan faktor yang menyebabkan itu.[20]
Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting
bagi seorang anak didik. Apalah artinya anak didik pergi ke sekolah tanpa
motivasi untuk belajar. Untuk bermain-main berlama-lama di sekolah adalah bukan
waktunya yang tepat. Untuk mengganggu teman atau membuat keributan adalah salah
satu perbuatan yang kurang terpuji bagi orang terpelajar seperti anak didik.
Maka, anak didik datang ke sekolah bukan untuk itu semua, tetapi untuk belajar
demi masa depannya kelak di kemudian hari.[21]
Ada
beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahankan minat anak
didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Bentuk-bentuk motivasi dimaksud
adalah:[22]
a. Memberi angka
Angka
dimaksud adalah sebagai symbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak
didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik biasanya bervariassi
sesuai dengan hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil dari penilaian
guru. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan ransangan kepada anak
didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkannya prestasi belajar
mereka. Angka ini biasanya terdapat dalam buku raport sesuai dengan jumlah mata
pelajaran yang diprogramkan dalam kurikulum.[23]
b. Hadiah
Hadiah adalah sesuatu
yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau
kenang-kenangan/cenderamata. Pemberian hadiah bisa diterapkan di sekolah. Guru
dapat memberikan hadiah kepada anak didik yang berprestasi. Pemberian hadiah
tidak mesti dilakukan pada waktu naik kelas. Tidak mesti pula hadiah itu
diberikan ketika anak didik menerima buku raport. Tetapi dapat pula dilakukan
dalam kegiatan belajar mengajar.[24]
c. Pujian
Pujian
adalah alat motivasi yag positif. Setiap orang senang dipuji. Tak peduli tua
atau muda, bahkan anak-anak pun senang dipuji atas sesuatu pekerjaan yang telah
selesai dikerjakannya dengan baik. Orang yang dipuji merasa bangga hasil
kerjanya mendapat pujian dari orang lain. Kata-kata seperti”kerjamu bagus”,
kerjamu rapi”, selamat sang juara baru”, dan sebagainya adalah sejumlah
kata-kata yang biasanya digunakan orang lain untuk memuji orang-orang tertentu
yang dianggap berprestasi.[25]
d. Gerakan Tubuh
Gerakan
tubuh dalam bentuk mimik yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol,
tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan
tangan dan lain-lain adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan umpan
balik dari anak didik.[26]
e. Memberi Tugas
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut
pelaksanaan untuk diselesaikan. Anak didik yang menyadari akan mendapat tugas
dari guru setelah mereka menerima bahan pelajaran, akan memperhatikan
penyampaian bahan pelajaran. Guru
dapat memberikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak dapat
dipisahkan dari tugas belajar anak didik . tugas dapat diberikan dalam berbagai
bentuk. Tidak hanya dalam dalam bentuk tugas kelompok, tetapi juga dalam bentuk
tugas perorangan.[27]
f. Memberi ulangan
Ulangan
adalah salah satu strategi yang penting dalam pengajaran,. Dalam rentangan
waktu tertentu guru tidak pernah melupakan masalah ulangan ini. Sebab dengan
ulangan yang diberikan kepada anak didik, guru ingin mengetahui sampai dimana
dan sejauh mana hasil pengajaran yang telah dilakukannya (evaluasi proses) dan
sampai sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan yang telah
diberikan dalam rentang waktu tertentu (evaluasi produk).[28]
g. Mengetahui Hasil
Ingin
mengetahui adalah suatu sifat yang sudah melekat di dalam diri setiap orang.
Jadi seorang selalu ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya. Dorongan
ingin mengetahui membuat seseorang berusaha dengan cara apapun agar
keinginannya itu menjadi kenyataan atau terwujud. Jarak dan waktu, tenaga
maupun materi tidak menjadi soal, yang penting hal-hal yang belum diketahuinya
dapat dilihat secara langsung.[29]
h. Hukuman
Hukuman
adalah reinforcement yang negative,
tetapi diperlukan dalam pendidikan. Hukuman dimaksudkan di sini tidak seperti
hukuman di penjara atau hukum potong tangan. Tetapi adalah hukuman yang
bersifat mendidik. Hukuman yang mendidik inilah yang diperlukan dalam
pendidikan. Kesalahan anak didik karena melanggar disiplin dapat diberikan
hukuman berupa sanksi menyapu lantai, mencatat bahan pelajaran yang
ketinggalan, atau apa saja yang sifatnya mendidik.[30]
6. Menggunakan Metode yang Bervariasai
Mengadakan
variasi berarti melakukan tindakan yang beraneka ragam yang membuat sesuatu
menjadi tidak monoton di dalam pembelajaran sehingga dapat menghilangkan
kebosanan, meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siwa, serta membuat tingkat
aktivitas siswa menjadi bertambah, pendapat yang sama dikemukakan Uzer Usman
bahwa mengadakan variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses
interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa,
sehingga dalam situasi belajar siswa senantiasa menunjukan ketekunan,
antusiasme, serta penuh partisipasi.[31]
Metode adalah strategi yang tidak bisa
ditinggalkan dalam proses belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti
menggunakan metode. Metode yang dipergunakan itu tidak sembarangan, melainkan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki
penggunaan metode yang sesuai. Untuk mencapai satu tujuan tidak mesti
menggunakan satu metode, tetapi bisa juga menggunakan lebih dari satu.[32]
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan metode
yang bervariasi agar pembelajaran tidak membosankan tetapi menarik perhatian
anak didik, penggunaan metode yang bervariasi juga hendaknya disesuaikan dengan
situasi yang mendukung sesuai dengan kondisi psikologi anak didik, oleh karena
itu guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pemilihan metode yang tepat
dalam mengajar.
Penggunaan metode akan menghasilkan
kemampuan yang sesuai dengan karakteristik metode tersebut. Kemampuan yang
dihasilkan oleh metode ceramah akan berbeda dengan kemampuan yang dihasilkan
oleh metode diskusi. Demikian juga dengan penggunaan metode mengajar lainnya
seperti metode eksperimen, observasi, karyawisata, problem sol-ving, dan sebabgainya.[33]
Pembelajaran merupakan proses yang
sengaja dikerjakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan
bantuan bagi terjadinya proses belajar mengajar.[34] Metode
pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan cara yang digunakan
oleh seorang guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.[35]
Faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam mengajar
sebagai berikut:[36]
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
c. Situasi yang bermacam-macam
d. Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya
e.
Pribadi guru serta kemampuan dan
profisional yang berbeda-beda.
Penggunaan metode ceramah yang kemudian diselingi tanya
jawab seperlunya untuk mengetahui tingkat pemahaman anak didik terhadap apa
yang baru saja dijelaskan, merupakan cara yang dapat dipergunakan untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik. Setelah tanya jawab dirasa cukup, guru
dapat melanjutkan dengan pemberian penugasan individual atau diskusi kelompok.
Penggunaan metode yang bervariasi dapat membantu guru dalam mendapatkan umpan
balik dari anak didik.
Jadi, dengan adanya teknik umpan balik
yang telah dibahas tadi diharapkan para pendidik untuk menerapkannya dalam
pembelajaran sehari-hari disekolah baik komonen gaya mengajar, media maupun
interaksi guru dengan siswa.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Umpan
balik adalah pemberian informasi yang diperoleh siswa untuk memperbaiki atau
meningkatkan pencapaian/hasil belajarnya. Tujuan umpan balik adalah untuk
mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Umpan
balik memiliki fungsi sebagai fungsi informasional, fungsi motivasionl dan
komunikasional.
Dalam
usaha mendapatkan umpan balik dari anak didik, perlu adanya teknik yang
digunakan seperti memancing apersepsi anak didik, memnfaatkan teknik alat bantu
yang akseptabel, memilih bentuk motivasi yang akurat, dan menggunakan metode
yang bervariasi.
B.
Kritik
Dan Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, masih banyak kekungaran dan mungkin kesalahan. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulisan butuhkan guna perbaikan
kedepannya. Kemudian kritik dan saran tidak akan ada artinyanya tanpa
diuatarakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Rohaini, Ahmad. 2010, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
Helmiati, 2012, Model Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Bahri, Syaiful dan
aswan zain,2013, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT
RinekaCipta,
Bahri, Syaiful Djamarah. Guru & Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Usman, Uzer. 2006, Menjadi Guru Profesional , Bandung: Remaja Rosdakarya
Sanjaya, Wina.2008, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group
Mustakim, Zaenal. 2015, Strategi dan Metode Pembelajaran, Yogyakarta: Mtagraf Yogyakarta
Hamdayama, Jumanta, 2016, Metodologi
Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara,
Nurlaila, 2017, Pengelolaan
Pembelajaran, Palembang:NoerFikri,
Manizar,
Elly.2015, Peran Guru Sebagai Motivar
dalam Belajar, Tadrib, vol. 1, No.2 hal. 179
Harto,
Kasinyo. 2018, Model Pengembangan Pembelajaran PAI Berbasis LVE, Tadrib,
Vol. IV, No. 1, hlm. 10
Misdar,
Muhammad, Revitalisasi Interaksi
Pedagogic Guru Dengan Siswa Dalam Pembelajaran, Tadrib Vol. 1, No.2. hlm.3
Lampiran :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan Pendidikan : SMP N 13 Palembang
Mata
Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester :
VII (Tujuh) / Ganjil
Materi Pokok : Selamat Datang Wahai Nabiku Kekasih Allah SWT
Alokasi
Waktu : 1 Pertemuan (1
x 40 menit)
A.
KOMPETENSI INTI
KI.1
|
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
|
KI.2
|
Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
KI.3
|
Memahami
pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni budaya terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata).
|
KI.4
|
Mencoba, mengolah, dan menyaji, dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang/teori).
|
B.
KOMPETENSI DASAR
1.
Memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW
2.
Menghayati perjuangan Nabi Muhammad SAW
INDIKATOR
1.
Menceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW
2.
Menerangkan sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode mekkah
3.
Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah SAW
4.
Meneladani perjuangan Rasulullah SAW
C.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah
proses pembelajaran diharapkan:
1.
Siswa dapat menceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW
2.
Siswa dapat menerangkan sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW
periode mekkah
3.
Siswa dapat menjelaskan strategi dakwah Rasulullah SAW
4.
Siswa dapat meneladani perjuangan Rasulullah SAW
D.
MATERI PEMBELAJARAN
1.
Kehadiran Sang Kekasih
Nabi Muhammad
SAW lahir pada hari senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan tanggal 20 April
571 Masehi. Nabi Muhammad lahri dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin
Abdul Muthalib wafat saat Nabi Muhammad SAW masih berusia 6 bulan didalam
kandungan ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh Halimah
Sa’diyah dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan Bani Saad inilah Nabi
diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun.
Saat Nabi
Muhammad SAW memasuki usia 6 tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh kakeknya,
Abdul Muthalib. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdu Muthalib
meninggal saat Nabi Muhammad SAW berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad
SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.
2.
Nabi Muhammad SAW Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad
SAW merasakan keresahan atas perilaku yang dialami oleh masyarakat Arab yang
sudah jauh dari nilai-nilai kebenaran kemudian, Nabi Muhammad SAW melakukan uzlah
(mengasingkan diri) di Gua Hira. Hal ini dilakukan oleh beliau berkali-kali.
Maka tepat pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-40 dari kelahirannya, Nabi
didatangi Jibril dan menerima wahyu pertama Q.S al-Alaq/96 : 1-5.
Setelah wahyu
pertama ini Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, semantara Nabi
Muhammad SAW terus menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira.
Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu kedua yaitu Q.S al-Muddasir/74 : 1-7.
3.
Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Dengan turunnya
wahyu yang kedua, yaitu Q.S al-Muddasir/74 : 1-7, Rasulullah SAW mulai
berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat
dengannya. Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan
mengikutinya .
Orang-orang
yang pertama kali memeluk Islam atau yang dikenal as-Sabiqun al-Awwalin, mereka
adalah Siti Khadija, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah, dan Ummu
Aiman.
Selain yang
tersebut diatas, berkat bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari
ke hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria
maupun wanita.
Setelah Nabi
Muhammad SAW berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka turunlah wahyu yang
ketiga, yaitu Q.S al-Hijr/15 : 94-95. Setelah Rasulullah menerima wahyu
tersebut, beliau mulai berdakwah secara
terang-terangan. Pertma-tama, Nabi mengumpulkan seluruh sanak keluarganya
dikaki gunung Safa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah SWT. Akan
tetapi, salah seorang pemannya Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau menerima
dakwah Rasulullah SAW.
E.
METODE PEMBELAJARAN
1.
Ceramah
2.
Tanya jawab
3.
Talking Stick
F.
SUMBER BELAJAR
1.
Buku teks siswa PAI SMP Kelas VII
2.
Buku lain yang memadai
G.
MEDIA PEMBELAJARAN
Papan
tulis, spidol, balon, laptop, speaker
H.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Kegiatan Pendahuluan
a.
Guru masuk kelas dan mengucapkan salam
b.
Guru menyapa peserta didik dan menanyakan keadaan siswa
c.
Guru mengajak peserta didik memulai pelajaran dengan membaca doa
d.
Guru menanyakan kehadiran peserta didik
e.
Guru menyampaikan gambaran umum materi pembelajaran yang akan
dibahas
|
10
menit
|
2
|
Kegiatan Inti
-
Mengamati
-
Mengamati video pembelajaran tentang sejarah kelahiran Nabi
Muhammad SAW
-
Menanya
-
Setelah mengamati video peserta didik diberi kesempatan untuk
bertanya terkait materi pembelajaran
-
Mengeksplorasi
-
Membaca serta menjawab pertanyaan yang dibagikan guru melalui
metode talking stick secara bergilir.
-
Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada peserta didik dan memberikan kepada teman sebelahnya dan
seterusnya sambil menyanyikan lagu bersama-sama.
-
setelah lagu yang dinyanyikan
berhenti dan siapa yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan.
-
Demikian seterusnya sampai
sebagian siswa mendapat bagian menjawab pertanyaan.
-
Mengasosiasi
-
Peserta didik diminta untuk mengaitkan materi yang dipelajari
dengan kehidupan sehari-hari
-
Mengkomunikasi
-
Peserta didik menyampaikan atau menjelaskan hasil pembelajaran
|
20
menit
|
3
|
Kegiatan
Penutup
a.
Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi
pembelajaran
b.
Bersama-sama melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan
c.
Guru meminta peserta didik untuk mengerjakan soal-soal yang ada
di buku paket dengan individu
d.
Guru mengajak peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa
e.
Guru mengucap salam sebelum keluar kelas
|
10
menit
|
I.
PENILAIAN
1.
Sikap Spiritual
a.
Teknik Penelitian :
b.
Bentuk instrument :
c.
Kisi-kisi :
No
|
Sikap/nilai
|
Butir Instrumen
|
1
|
Memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW
|
Terlampir
|
2
|
Menghayati perjuangan Nabi Muhammad SAW
|
Terlampir
|
a.
Instrument Penilaian
Nama
Siswa :
Kelas : VII
Teknik
Penilaian : Penilaian Diri
Penilaian : Lampiran Penilaian Diri
No
|
Pernyataan
|
S
|
S
|
R
|
K
|
J
|
S
|
M
|
1
|
Bersedekah
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Bersilaturahmi
dengan orang lain
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Membaca
al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Menghafal
al-Qur’an
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah Skor
|
|
|
||||||
Keterangan
|
Nilai
|
Nilai
akhir
|
||||||
Sangat
setuju
Setuju
Ragu-ragu = 3
Tidak
setuju = 2
= 1
|
Skor
yang diperoleh ….. x 100 = …..
Skor
maksimal
|
|
2.
Sikap Sosial
a.
Teknik Penelitian : Penilaian
antar teman
b.
Bentuk Instrumen : Lembar
penilaian
c.
Kisi-kisi :
No
|
Pernyataan
|
|
|
|
|
|
1
|
Suka mengajarkan dan membagi ilmu kepada teman tentang Selamat Datang
Wahai Nabiku Kekasih Allah SWT
|
|
|
|
|
|
2
|
Segera memberi teguran ketika temannya tidak bersungguh-sungguh
|
|
|
|
|
|
3
|
Mengajarkan temannya apabila temannya tidak mengerti
|
|
|
|
|
|
4
|
Menolong temannya apabila ada kesulitan
|
|
|
|
|
|
Keterangan
|
Nilai
|
Nilai Akhir
|
||||
Sangat sering = skor 4
Sering = skor 3
Kadang-kadang = skor 2
Tidak =
skor 1
|
Skor yang diperoleh ….. x 100 = …..
Skor maksimal
|
|
||||
CATATAN
|
|
3.
Pengetahuan
a.
Teknik Penilaian : Tes
Lisan
b.
Bentuk Instrumen : Lembar
Penilain Tes Lisan
c.
Kisi-kisi :
No
|
Indikator
|
Butir Instrumen
|
1
|
Dapat memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW
|
Artinya dapat memahami sejarah perjuangan Nabi
Muhammad SAW
|
a.
Instrument Penilaian (Aspek Pengetahuan)
Kelas : VII
Teknik
Penilaian : Tes Lisan/pilihan ganda
Bentuk
Tes :
Penilaian
Guru :
No
|
Indikator
|
Instrumen
|
1
|
Dengan menceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW
|
Ceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW
|
2
|
Dengan menerangkan sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode
mekkah
|
Terangkan sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode mekkah
|
3
|
Dengan menjelaskan strategi dakwah Rasulullah SAW
|
Jelaskan strategi dakwah Rasulullah SAW
|
4
|
Dengan meneladani perjuangan Rasulullah SAW
|
Bagaimana meneladani perjuangan Rasulullah SAW
|
4.
Keterampilan
No
|
Praktek
|
Portofolio
|
1.3
|
|
|
2.3
|
|
|
3.3
|
|
|
3.4
|
|
|
Instrument Penilaian (Aspek Keterampilan)
Kelas :
VII
Teknik Penilaian :
Praktek dan Portofolio
Bentuk Teks :
Penilaian Guru :
No
|
Aspek
|
Nilai
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Keaktifan
|
|
|
|
|
2
|
Kesantunan
|
|
|
|
|
3
|
Penguasaan
nilai-nilai
|
|
|
|
|
Catatan
4 : Sangat baik
3 : Baik
2 : Sedang
1 : Kurang baik
Palembang, September 2018
Dosen Pengampu
Syarnubi, M.Pd.I
NIP......................................
|
Mahasiswa PAI
Krisna Ganesa
NIM. 1642100136
|
[1]Nurlaila, Pengelolaan Pembelajaran, (Palembang:NoerFikri,
2017), hlm.143
[3]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode
Pembelajaran, (Yogyakarta: Matagraf Yogyakarta, 2015), hlm.188
[4] Ibid, hlm.190
[5] Ibid, hlm.191
[6] Ibid, hlm.193-194
[7] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bineka Cipta, 2010), hlm.143
[8] Ahmad Rohaini, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 31.
[10] Ibid, hlm.144
[11] Syaiful bahri djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 138
[14] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bineka Cipta, 2010), hlm.145
[17] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), hlm183-184
[19] Muhammad
Misdar, Revitalisasi Interaksi Pedagogic
Guru Dengan Siswa Dalam Pembelajaran, Tadrib Vol. 1, No.2. hlm.3
[20] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bineka Cipta, 2010), hlm.147
[23]Nurlaila, Pengelolaan Pembelajaran, (Palembang:
NoerFikri, 2017), hlm.150
[27] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,
Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Bineka Cipta, 2010), hlm.153
[31] Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm.7
[34] Kasinyo Harto, Model Pengembangan Pembelajaran PAI
Berbasis LVE, Tadrib, 2018. Vol. IV, No. 1, hlm. 10
[36] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode
Pembelajaran, (Yogyakarta: Matagraf Yogyakarta, 2015), hlm. 53
No comments:
Post a Comment