Thursday, December 20, 2018

BEBERPA MASALAH DALAM PENGELOLAN KELAS PENENTUAN, PEGATURAN DAN PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF


BEBERPA MASALAH DALAM PENGELOLAN KELAS PENENTUAN, PEGATURAN DAN PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF

Disusun oleh:
Irfan Kurniawan        (1642100115)        


Dosen Pengampu:
SYARNUBI, M.Pd.I


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH  PALEMBANG TAHUN AJARAN
2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan untuk siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan. Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian, pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Kegiatan guru dalam kelas meliputi dua pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung mengingatkan siswa mencapai tujuan seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pembelajaran, menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan ke pada siswa, menilai kemjuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kels bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan belajar dan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberikan ganjaran dengan segera, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan-kegiatan mengelola kelas.

Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidak mampuan guru mengelola kelas indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah tidak sesuai dengan standar atau batas ukur yang di tentukan, karna itu pengelolaan kelas merupakan kompetesi guru yang sangat penting
Di sini jelas bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak bagi terciptanya proses blajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran pengelolaan kelas merupakan tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaranhal ini berarti setiap guru di tuntut secara Profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang kondusif guna menunjang proses pembeajaran yang optimal menuntut kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih dan menerapkan pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.

B.  Rumusan Masalah
1.      apa pengertian dan tujuan pengelolaan pembelajaran ?
2.      Apa saja  masalah dalam pengelolaan kelas?
3.      Bagaimana cara penataan, pegengaturan dan pengelolaan kelas yang efektif ?






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengelolaan Kelas
Istilah pengelolaan kelas, terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Kata pengelolaan memiliki makna yang sama dengan management dalam bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen. Sedangkan kelas yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru, dosen (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.[1]
Pengelolaan juga disebut manajemen, manajemen adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu kata manus yang berarti tangan atau da agree yang berarti mlakukan kata-kata itu digabugkan jadi manggree yang artinya menangani[2]
Pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi. Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.[3]
Pengelolaan kelas pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu meliputi penyiapan bahan ajar, penyediaan sarana dan alat peraga atau media pembelajaran, mengatur ruang belajar, menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.[4]

B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Ada beberapa tujuan  dari pengelolaan kelas yaitu sebagai berikut :[5]
1.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
4.      Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan siswa dan barang/fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas, dan lain-lain.
Guru dalam pendidikan dan pengajaran adalah orang yang memberikan bekal dan membentuk siswa setelah orang tua.[6] Guru sebagai tenaga pofesional bertugas merencaakan dan melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melakukan pembembimbing dan pelatihan membantu pengembangan dan pengelolaan program sekolah serarta mengembangkan keprofesionalannya.[7]
Guru yang Profional adalah guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola atau mendesain kelas  yaitu menyediakan iklim (susana) yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Apabila suasana belum kondusif maka seorang guru harus berupaya seoptimal mungkin untuk menguasai, mengatur membenahi dan menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

C.    Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar-mengajar.[8]
Keanekaragaman masalah perilaku siswa yang menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas adalah :
1.      Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan     jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok.
3.      Reaksi negative terhadap anggota kelompok.
4.      Reaksi mentoleransi kekeliruan-kekeliruan.
5.      Mudah mereaksi perilaku negative / terganggu.
6.      Moral rendah, permusuhan, dan agresif.
7.      Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.[9]
1.      Masalah yang bersifat Individual.
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah laku menyimpang.
a.       Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian). Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
b.      Pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan Tingkah laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c.       Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam). Siswa yang menuntut balas mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
d.      Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.

2.      Masalah bersifat kelompok.
Masalah Kelompok, dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:
a.       Kelas kurang kohesif (akrab), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b.      Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok. Seperti Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
c.       Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok.
d.      Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang.
e.       Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
f.       Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
g.      Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan

D.    Langkah-langkah dan Cara Penagulangan Masalah dalam Pengelolaan kelas
Untuk menagkal dan menagulangi kenakalan anak perlu diketahui secara dini dan seksama tentang penyeba-penyebab misalnya :[10]
1.      Faktor perkembangan jiwa pada priode pubertas
2.      Ligkungan keluarga yang broken home
3.      Lingkungan sekolah yang menjemuhkan, kurang kreatif dan otoriter
4.      Lingkungan masyarakat penuh spekulasi dan sebagainya
Ada beberapa Langkah-langkah yang bisa diterapkan oleh guru di kelas yaitu:
1.      siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi dukungan yang positif.
2.      Guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas.
3.      Sikap siswa yang keras dihadapi dengan tenang dan bijaksana.
4.      Guru harus selalu memperhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan.
Langkah yang tepat untuk menanganinya kebajikan-kebajikan yang dapat diambil dan menagulangi kenakalan-kenakalan anak dapat dilakukan memalui Tri pusat pendidikan, yaitu dalam lingkunagan sekolah atau pendidikan formal da lingkungan sosial masyarakat.
Soslusi dalam penyelsaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :
1.      Penyelasian masalah berdasarkan pengalaman masal lampau biasanya cara ini digunakan pada maalah-masalah yang akan muncul muncul secara berkala yang hanya berbeda alam bentukm penampilan
2.      Peyelsaian masalah secara intuitif masalah diselaikan tidak berdasarkan akal tetapi berdasarkan firasat dan intuisi
3.      Penyeleaian masalah dengan cara trial dan eror  dengan cara coba-coba sehingga ditentukan penyelesaian yang tepat
4.      Penyelaaian masalah dengan otoritas dilakukan berdassarkan kewenagan seseorang
5.      Penyelelasaian malah nerdasarkan metafisik. Masalah-masalah yang dihadapi di dalam dunia empirik diselsaikan dengan konsep yang baik
6.      Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelasian masalah secara rasional melalui masalah rasional secara rasional melalui proses indukatif.
Dalam rangka memperkecil masalah dalam ganguan dalam pengelolaan kelas dapat dapat di pergunakan prinsip-prinsip pengeloaan kelas. Prinsip-prinsip yang dimaksud sebagai berikut :
1.      Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru hangat dan akrab pda anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya. Akan berhasil dalam mengimpletasikan  pengelolaan kelas.
2.      Tantangan
Pengunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menanantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga menguragi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3.      Bervariasi
Penggunan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi muculnya ganguan, meningkatkan perhatian siswa kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan
4.      Penekanan pada hal yang efektif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik guru harus menekankn hal yang psitif dan menghindari pemutusan perhatian pad hal-hal yang negative yaitu penekanan pada hal-hal yang positive yaitu penekanan guru terhadap tingkah laku siswa. penekaan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan keadarn guru untuk menghindari kesalahan yang dapat menggangu jalannya proses belajar mengajar.  

E.     Penataan, Pengaturan dan Pengelolaan Kelas yang Efektif
Efektifitas dan efisiensi pembelajaran membutuhkan iklim kelas yang kondusif yaitu suasana belajar yang menyenangkan. Untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas beserta isinya. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya  interaksi yang  aktif antara siswa dengan guru dan antar siswa. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas yaitu:[11]
1.      Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.sepeti penataan bangku lemari di sudut ruangan penepatan fasilitas kelas diletakan di tempat yang sekiranya tidak menggangu pndangan siswa ke guru
2.      Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja. Yaitu pengaturan bangku yang tidak terlalu rapat dan di beri jarak antara bangsu siswa dengan bangku temannya yang disamapingnya
3.      Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok. Seperti meyediakan tempat khusu untuk barang barang atau fasilitas sekolah seperti lamari dan rak penyimpanan barang 
4.      Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas. Pengaturan bangguan sekolah seperti jendela untuk udara dan cahaya dan keluasan ruangan
5.      Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Berkaitan dengan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas. Tingkah laku peserta didik yang bisa merusak suasana kelas misalnya mengantuk, ribut, nakal, dan mengganggu siswa yang lain.  Guru harus bisa mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut.[12]

Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru harus bisa menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran efisien dan menggunakan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik.
Seorang guru atau dosen yang profesional harus berpedoman pada tiga pilar utama dalam melaksanakan tugas pembelajaran di kelas yaitu menguasai materi pembelajaran, profesional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan berkepribadian matang.[13]
1.      Penguasaan materi pembelajaran
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran merupakan kemampuan strategis yang mutlak harus dimiliki oleh seorang. Guru yang tidak menguasai materi tidak akan lancar menyampaikan pelajaran, banyak berhenti atau melihat buku bahkan mungkin berbuat banyak kekeliruan. Kekakuan dan kekeliruan yang diperlihatkan guru akan menyebabkan kegelisahan pada siswa yang akhirnya mengakibatkan kurangnya perhatian, kurangnya penghargaan baik pada pelajaran maupun pada guru. Oleh sebab itu, penting bagi guru, sebelum memasuki kelas, untuk merancang dan menguasai materi yang akan disampaikan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Materi dikemas berdasarkan tujuan, kompetensi dan indikator belajar yang telah dikembangkan sebelumnya.
2.      Penyampaian materi pembelajaran
Penyampaian materi yang baik oleh guru dapat dilakukan dengan mengelola proses pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dalam situasi kondusif dan menyenangkan. Proses pembelajaran merupakan rangkaian interaksi antara siswa dengan guru. Banyak cara atau metode mengajar yang dapat digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran. metode yang baik disesuaikan dengan situasi dan kondisi di kelas.
3.      Berkepribadian yang matang
Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta kesehatan jasmani dan rohani.
Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran, keahlian dalam menyampaikan materi pembelajaran dan kepribadian yang matang merupakan kemampuan didaktik yang harus dimiliki dan harus ditingkatkan sehingga mampu membangun suasana pembelajaran yang produktif, kreatif dan inovatif.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Ketermpilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan klas  adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan  kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajara yang kondusif dan optimal. Pngelolaan kelas ditekan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembeajran yaitu berkaita dengan pengaturan (siswa) dan barang/fasilitas. Beberapa masalah pengelolaan kelas  adalah :
o   Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan     jenis kelamin.
o   Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok.
o   Reaksi negative terhadap anggota kelompok, dll.
Jenis masalah dalam Pengelolaan Kelas
  1. Masalah yang bersifat Individual.
a.       Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
b.      Pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan.dll
 2. Masalah bersifat kelompok.
a.       Kelas kurang kohesif (akrab), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b.      Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok. Seperti Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya, dll.

DAFTAR PUSTAKA

AM, Sadirman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Dan mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Perseda.
Damil, Sudarman, 2010, Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain, 2010, Strategi Belajar Mengajar Jakarta : Rineka Cipta.
Rohani Ahamad dan Abu Ahmad, 2000, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Misdar, M, Revilitasi interaksi Pedagogik Guru Dengan Siswa Dalam Pembelajaran, Tadrib Vol.1No. 2 Desember 2015.
Mukhtar dan Iskandar, 2010, Desain Pembelajaran Besbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Jakarta : Gaung Perseda ,
Suryana, Ermis, Analisis Kiberja Siswa Peserta Micro Teaching FTIK UIN Raden Fatah Plembang , Tadrib, Vol, 1 No.IV Juni 2018.
Syarnubi, Manajemen Konflik Dalam Pendidiakan Islam dan Problematikanya, Tadrib vol 2 No.1, juni 2016.
Hasibuan J.J dan Moejiono, 2005, proses Belajar Mengajar, Bandung : Rineka Cipta
Syodih, Nana Sukmadinata 2009, Landasan Pisikologi Proses Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya



[1]Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Besbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta : Gaung Perseda , 2010), hlm,159
[2]Syarnubi, Manajemen Konflik Dalam Pendidiakan Islam dan Problematikanya, Tadrib vol 2 No.1, Juni 2016, hlm, 4  
[3]J.J Hasibuan dan Moejiono, proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rineka Cipta 2005), hlm, 173
[4]Sudarman Damil, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm 160.
[5] Ibid, hlm, 169
[6]M. Misdar, Revilitasi interaksi Pedagogik Guru Dengan Siswa Dalam Pembelajaran, Tadrib Vol.1No. 2 Desember 2015, hlm, 4.
[7]Ermis Suryana, Analisis Kiberja Siswa Peserta Micro Teaching FTIK UIN Raden Fatah Plembang , Tadrib, Vol, 1 No.IV Juni 2018, hal, 123.
[8]Saiful Bahri djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta 2010), hlm, 150  
[9]Ahamad Rohani dan Abu Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta 2000), hlm, 150.
[10] Ary Gunawan, Administrasi Skolah, (Jakarta : Rineka Cipta 2006), hal, 12.
[11]Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Dan mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Perseda, 2005), hlm, 160 
[12]Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Besbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,....hlm, 178
[13]Nana Syodih Sukmadinata Landasan Pisikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2009 ), hlm, 260. 

No comments:

Post a Comment

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI      Disusun oleh Laili Hernita         (1652100137)               ...