PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, keberadaan
peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikat. Guru
merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, di jalur pendidikan
formal, informal, atau nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap uapaya
peningktan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan dari
berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka. Salah satu kompetensi
yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah merencanakan, mengolah dan
melakukan evaluasi pembelajaran. Untuk menguasai kompetensi tersebut, seorang
guru senantiasa berlatih untuk meningkatkan kemmpuan mengajarnya yang dilakukan
secara terus-menerus melalui pendidikan lanjutan, pelatihan berkal, atau
pengembangan keterampilan lainya.
Peningkatan
kemampuan mengajar seorang guru merupakan proses pembentukan ketempilan yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang profesional. Proses
pembentukan keterampilan mengajar seorang guru haruslah dilakukan secara
bertahap dan berkesinambungan sehingga akan terbentuk seorang guru yang
profesional.[1]
Seorang
guru yang prefesional harus memiliki pengetahuan mengenai karateristik peserta
didik, serta mampu menguasai psikologi perkembangan anak. Dengan mampu
mengenali dan mengidenfikasi berbagai macam kemampuan, bakat, minat peserta
didik, gaya dan tipe pembelajaran anak maka potensi peserta didik akan mampu
dikembangkan secara maksimal
PEMBAHASAN
A. Implementasi Model Pembelajaran
Quantum Teaching dalam Pendidikan Agama Islam
Sudah
menajadi pemahaman umum bahwa rendahnya kualitas pendidikan menjadi persoalan
serius bagi dunia pendidikan bangsa ini. Sebab disadari atau tidak, kualitas
pendidikan sangat menentukan kualitas bangsa. Bangsa yang maju selalu didukung
oleh kualitas pendidikan yang baik, sementara bangsa yang terbelakang bisa
dipastikan tidak memiliki kualitas pendidikan yang memadai. Karena itulah,
pembaruan pendidikan mutlak dilakukan demi peningkatan kualitas pendidikan yang
pada gilirannya dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. [2]
Menurut Nurhadi (2004:1) salah satu
aspek penting yang harus dilakukan dalam konteks pembaharuan pendidikan adalah
pembaharuan kurikulum dan kulitas pembelajaran. Pembaharuan efektif model
pembelajaran dimasukan bahwa harus ada upaya terobosan untuk mencari strategi
dan model pembelajaran yang efektif oleh guru di kelas, yang lebih
memberdayakan potensi siswa.
Pada saat ini kota masih sering
melihat model pembelajaran yang konvensional berlangsung di berbagai lembaga
pendidikan, tak terkecuali pada lembaga pendidikan agama. Sebuah sistem dimana
guru selalu ditetapkan sebagai ilmu pihak “serba bisa” yang bertugas
mentransfer sebagai ilmu pengetahuan dan memberikan doktrik-doktrik. Sementara
itu, siswa sebagai obyek penerima ilmu pengetahuan harus melaksanakan segala
doktrik yang disampaikan oleh guru tanpa boleh membantah. Ketika mengajar di
delas, sang guru seolah-olah mempunyai hak penuh unuk berbicara, sementara
siswa harus diam mendengarkan dengan baik tanpa diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemmpuan kritisnya. Lebih ironis lagi, muncul kesan bahwa
kegiatan mengajar hanya sebagai alat untuk mengejar target kurikulum, sehingga
apakah siswa mampu menguasai materi atau tidak, hal itu adalah persoalan lain.
Fenomena pembelajaran di atas, tidak
bisa dipungkiri terjadi juga pada pembelajaran PAI (Pendididkana Agama Islam)
di sekolah-sekolah umum yang nota bene para gurunya adalah lulusan dari PTAI.
Menurut Pusat Kurikulum Depdiknas (2004:6) kenyataan ini disebabkan oleh
lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan motode yang lebih
variatif. Namun, terkadang untuk menutupi kekurangan itu sabagian guru mencari
alasan “pembelajaran”. Bagaimana bisa mengembangkan pembelajaran dengan baik
kalau waktu yang disediakan untuk mata pelajran (MP) PAI hanya dua jam,
sementara muatan materi dan aspek yang diamanatkan oleh kurikulum begitu
padatnya. [3]
Terlepas dari itu semua,kita tetap
yakini bahwa keberadaan MP PAI disekolah adalah sangat penting, sebab MP PAI
ini dapat memberikan nilai spiritual terhadap perilaku anak didik.mengingat
begitu signifikannya MP PAI ini sudah seharusnya mendapatkan penanganan yang
serius dengan model dan pendekatan yang khusus.penanganan yang demikian
diharapkan dapat membantu meningkatkan ketertarikan peserta didik pada MP
PAI.namun,apabila tidak disikapi dengan benar,maka MP PAI hanya akan berfungsi
sebaga”aksesori keagamaan”dalam dunia dunia pendidikan,tetapi tidak memberikan
kontribusi positif dalam konteks perbaikan perilaku dan karakter
bangsa.sehingga tidak mengherakan jika seorang murid yang mendapatkan nilai 10
pada MP PAI belum tentu dia memiliki sikap dan perilaku beragama sebaik angka
yang didapatkannya.(nasih,2006:153)
Melihat kenyataan diatas perlu
kiranya kita mencari solusi pemecahan yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.pertanyaannya
sekarang adalah sistem pengajaran yang bagaimanakah yang dapat dijadikan
altenatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita?strategi dan metode
pengajaran yang bagaimanakah yang dapat dijadikan alternatif terbaik untuk anak
didk kita.
Pertanyaan ini peting untuk
dikemukakan,mengngat PP np.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
telah mengamatkan bahwa standar proses pembelajaran pada satu pendidikan
seharusnya bisa diselenggarakan secara interaksi,isnpiratif,menyenangkan
,menantang,memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif,serta memberikan
ruang yang cukup bagi para prakarsa,kreativitas dan kemandirian sesuai dengan
bakat,minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
1. Pengertian Quantum
Teaching
Quantum
Teaching
merupakan model pembelajaran yang dapat membagi unsur-unsur pembelajaran
menjadi dua kategori seperti kontesk dan isi. Kategori konteks meliputi:
suasana hati, suasana lingkungan belajar yang diatur dengan baik, dasar
pembelajaran, presentasi dan fasilitas. Sedangkan kategori isi meliputi:
pengajar akan menemukan keterampilan bagaimana mengatakan kurikulum, pengajar
akan menemukan straregi belajar yang diperlukan oleh peserta didik, yaitu: baik
presentasi, fasilitas yang dinamis, keterampilan belajar untuk belajar dan
keterampilan hidup.[4]
Quantum
Teaching
berasal dari konsep persamaan fisika quantum yang dikembangkan oleh Isac
Newton. Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya.[5]
Quantum
Teaching
adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan,
penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Pembelajaran
kuantum (Quantum Teaching) diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan
seperti Accelerated Learning dari Lozanov, MultipleIntelegences dari
Garder, Neuro-Linguistic Programming dari Grinder dan Bandler, Experiental
Learning dari Hahn, Socratic Inquiry, Cooperative Learning dari
Johnson dan Johnson, dan Element of Effective Instruction dari Hanter.[6]
Menurut
Bobbi De Porter yang mengembangkan Quantum Learning menjadi Quantum
Teaching, yaitu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang
efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan
belajarnya melalui interaksi yang terjadi didalam kelas.[7]
Quantum
Teaching
juga merupakan konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses
belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang
terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Quantum Teaching
menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar, setiap kata,
pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah lingkungan,
presentasi dan rancangan pengajaran.
Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulakan bahwa Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi
ini mencakup unsur yang mendorong efektifitas pembelajaran, seperti semanagat
serta antusias peserta didik dalam belajar.
2. Prinsif-prinsif Quantum
Teaching
Dalam metode Quntum Teaching
terutama Quantum Teaching ada istilah penting yang sekaligus menjadi asas utamanya ‘bawahlah dunia
mereka ke dunia kita, dan Anatarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka’. Asas utama ini
memberi pengertian bahwa langkah awal yang harus dilakukan dalam pengajaran
yaitu mencoba memasuki dunia yang dialami oleh pesrta didik. Menyatukan pikiran
dan persaan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan peserta didik yang
akademis mereka. Setelah kaitan itu
terbentuk, maka dapat membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi mereka
pemahaman mengenai isi dunia itu. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas
dan penguasaan lebih mendalam ini, siswa dapat membwa apa yang mereka pelajari
ke daalam dunia mereka dan menerapkan pada situasi baru.[8]
Asas ini sekaligus menunjukan,
betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya sebuah proses transfer
of knowledge dari guru kepada siswa. Tetapi lebih jauh dari itu, bagaimana menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa
dan membangun hubungan emosinal yang baik antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
Dengan Quantum Teaching diharapkan dunia
pendidikan akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quntum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan
minat untuk terus belajar dengan semangat tinggi. Bagi Quantum Teachig keberadaan bahasa tubuh sangat ditekankan dalam pembelajaran. Seperti
tersenyum, bahu tegak, kepala keatas mengadakan kontak mata dengan siswa dan
lain-lain. Guru tidak diajurkan duduk manis di atas kursi dengan raut muka
tanpa ekpresi dan terpaku dengan buku teks yang dimilikinya, sehingga
mengesankan suasana belajar yang menakutkan. Guru harus berusaha membuat
suasana kelas menyenangkan dengan menunjukan ekspresi wajah yang ceria, dan
memberikan respon positif terhadap setiap hal posistif yang dilakukaan siswa.
Selain itu, guru juga dianjurkan selalu berusaha menumbuhkan rasa percaya diri
siswa dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk berani mengungkapkan apa
yang dalam fikirannya.
Menurut Bobbi DePorter
(1999:7) ada lima prinsip utama dalam penerapan meotode Qunatum Teaching yaitu
: 1) Segalanya Berbicara, 2) Segalanya Bertujuan, 3) Pengalaman Sebelum
Pemberian Nama, 4) Akui setiap Usaha, dan 5) Jika Layak Dipelajari, Layak Pula
Dirayakan.
3. Model Quantum Teaching
Quantum Teaching menawarkan
model-model pembelajaran yang berprinsif memperdayakan potensi siswa dan
kondisi di sekitarnya. Model-model tersebut adalah model AMBAK dan TANDUR. [9]
a. Model AMBAK
AMBAK adalah suatu model penting Quantum
Teaching. AMBAK merupakan singkatan dari APA MANFAAT BAGIKU. Model
ini menekankan bagaimana sedapat mungkin bisa menghadirkan perasaan dalam diri
siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan memberikan manfaat yang besar.
Berikut ini adalah prinsip AMBAK, yaitu:
1. A: Apa yang dipelajari
Dalam pelajaran
akhlak tentang akhlak terpuji misalnya, guru hanya menetapkan prinsip dari
akhlak-akhlak tersebut, anak didiklah yang menetukan berbagai tema pelajaran sebagai
contohnya.
2. M: Manfaat
Kadang guru
lupa menjelaskan manfaat yang diperoleh dari pelajaran yang diajarkan.
Contohnya, pelajaran tentang berwudhu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah
dan rukun wudhu, tetapi lebih dari itu guru harus bisa menjelaskan kepada siswa
apa hikmah yang bisa diambil dari berwudhu. Pada intinya seorang guru harus
mendorong siswa agar bisa memahami situasi yang sebenarnya (insight),
sehingga siswa tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
3. BAK: Bagiku
Manfaat apa
yang akan saya dapat dikemudian hari dengan mempelajri ini semua. Misalnya,
pelajaran bersuci dengan tayamum. Mungkin bagi sisiwa yang berada di daerah dengan
pasokan air melimpah, mungkin pelajaran tayamum tidak banyak memberikan arti.
Dalam kondisi ini, guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa suatu ketika model
bersuci dengan tayamum pasti akan bermanfaat, terlebih ketika dalam suatu
perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan
terkena air.
Model AMBAK dia atas, meneunjukkan
kepada kita betapa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang
penuh makna dan sistem nilai yang bisa dikotribusikan kelak saat anak dewasa
nanti.
1. Tumbuhkan
Mengapa
– Pertanyaan
menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami.
Pertanyaan akan memanfaatkan pengalman mereka, mencari tanggapan “Yes !” dan
mendapatkan komitmen untuk menjelajah. [10]
Pertanyaan
Tuntunan – Hal apa yang mereka pahami? Apa yang mereka
setujui? Apakah manfaat bagi mereka (AMBAK)? Pada apa mereka berkomitmen?
Strategi
–
Sertakan pertanyaan, pantomim, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita.
Mengatur
hasil akan menciptakan AMBAK dan minat belajar. Guru dapat melakukan ini dengan
mudah seraya menyertakan siswa sekaligus tetap menyimpan kejutan dalam belajar!
Mana yang Anda rasa atau yang guru rasa lebih menarik?
a. Hari
ini kita akan membaca cerita pendek mengenai seorang siswa di Jepang, atau
b. Di
akhir jam pelajaran ini, kita akan berkelana ke suatu tempat, bertemu dengan
pemuda berani yang mirip dengan kalian, dan belajar menghadapi tantangan dan
rasa takut.
Kami harap anda memih “b”. apakah “b”
mengatakan hal yang sama dengan “a” ? Ya, tetapi dengan cara yang berbeda.
Kalimat “b” menggunakan cara yang menyertakan, mengundang, memikat, dan
mengikat!
Tumbuhkan minat belajar siswa dengan
memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah Manfaat BAgiKU (AMBAK).
Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana rileks,
tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah
alam pikiran mereka ke alam pikiran anda. Yakinkan siswa mengapa harus
mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa bukan suatu
keharusan.
2.
Alami
Mengapa
– Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa, dan memanfaatkan hasrat alami otak
untuk menjelajah. Pengalaman membuat anda dapat mengejar “melalui pintu
belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keinginan mereka. [11]
Pertanyaan
Tuntunan – Cara apa yang terbaik agar siswa memahami
informasi? Permainan atau kegiatan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah
mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi “kebutuhan untuk
mengetahui” mereka?
Strategi
–
Gunakan jembatan keledai, permainan dan simulasi. Perankan unsur-unsur
pelajaran baru dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas kelompok dan kegiatan
yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
Unsur alami akan mendorong hasrat alami
otak untuk “menjelajah”. Pengalaman membuat guru dapat mengajar dengan
memanfaatkan rasa penasaran (keingin tahuan) siswa dan pengetahuan mereka. Saat
kita mempelajari sesuatu dalam kehidupan nyata, kita sudah memiliki pengalaman
awal, suatu kaitan dengan konsepnya. Lalu saat pengalaman terbentang, kita
menemukan informasi yang membantu kita untuk memaknai pengalaman tersebut.
Informasi ini membuat yang abstrak menjadi kongkret contohnya, Menyentuh kompor
dan menjerit, “Aww!” menciptakan suatu momen pelajaran. Kita baru mengerti itu
panas dan jangan disentuh. Abstrak menjadi kongkret.
3.
Namai
Mengapa
- Penamaan
memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan
mendefinisikan. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan keingintahuan siswa
saat itu. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, ketrampilan
berfikir dan strategi belajar. [12]
Pertanyaan
Tuntunan – “perbedaan” apa yang perlu dibuat dalam belajar?
Apa yang harus anda tambahkan pada pengertian mereka? Strategi, kiat jitu, alat
berpikir apa yang berguna untuk mereka ketahui atau gunakan?
Strategi
–
Gunakan susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis, poster di dinding.
Setelah siswa melalui pengalaman belajar
pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas,
menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus,
pemikiran, tempat dan sebagainya. Lalu ajak mereka untuk menempelkan nama-nama
tersebut di dinding kelas dan di dinding kamar tidur.
Di sinilah kita bisa memuaskan otak
siswa kita. Membuat mereka penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka.
Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainnya.
Pada dasarnya meskipun mereka sudah mendapatkan informasi, tetapi harus
mendapatkan pengalaman untuk benar-benar membuat pengetahuan tersebut berarti.
4.
Demonstrasikan
Mengapa
– Menberi
siswa peluang untuk menerjemah dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam
kehidupan mereka. [13]
Pertanyaan
Tuntunan – Dengan cara apa siswa dapat memperagakan tingkat
kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru ini? kriteria apa yang dapat anda
dan siswa kembangkan bersama untuk menuntun kualitas peragaan mereka?
Strategi
–
Sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik.
Setelah siswa mengalami belajar akan
sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya,
karena siswa akan mampu pengalaman
belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan
informasi yang cukup. Seperti halnya saat kita pertama kali melakukan sesuatu,
misalnya mengendarai sepeda. Anda mencoba dan jatuh (pengalaman). Anda coba
lagi, berhenti, bertanya dan barang kali mendapat latihan dari kakak, teman
atau yang lainnya (penamaan). Kemudian Anda mengaitkan pengalaman dan nama
dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Pada saat pengalaman dan penamaan
jadi satu, belajar meledak dan “Asyiiiik!”. Maka selama Anda berada di
jalan semuanya terpatri dalam otot Anda.
Begitu juga dengan siswa Anda membutuhkan kesempatan yang sama untuk membuat
kaitan, berlatih, dan menunjukkan apa yang mereka ketehui.
5.
Ulangi
Mengapa
- Pengulangan
memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!”
jadi, pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan,
lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukan,
drama, dan sebagainya). [14]
Pertanyaan
Tuntunan – Cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang
pelajaran ini? dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk
mengulang?
Strategi
–
Daftar isian aku tahu bahwa aku tahu; kesempatan bagi siswa untuk
mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain(lain kelas, kelompok umur
yang berbeda, menirukan orang-orang terkenal seperti guru, ahli, ataupun
tokoh); menggemakan (anda menyebutkan sesuatu seperti “pendahukuan, isi,
kesimpulan” dan para siswa mengulangnya serentak); pengulangan trio (dalam
kelompok terdiri tiga orang, mereka berjalan mengelilingi ruangan sambil
mengulang halaman-halaman poster untuk mengulang apa yang telah mereka pelajari
bersama); tepuk Yes! (ulurkan satu tangan, letakkan pelajaran pada tangan
tersebut, lalu tepuk sambil berkata, “Yes!” dengan keras).
Pengulangan ini sangatlah penting bagi
siswa, hal ini dikarenakan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar bisa dan
sudah menguasai pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Seperti halnya naik
sepeda setelah Anda mampu menyeimbangkan
diri di atas sepeda itu dan mampu memperagakannya kepada semua tetangga bahwa
Anda mampu melakukannya. Anda harus memastikan bahwa Anda sudah menguasainnya
dan seolah-olah jika Anda berhenti sejenak Anda akan takut kehilangannya. Akan
tetapi latihan akan membuatnya permanen. Artinya dengan pengulangan itu akan
membuat siswa mengingat secara kuat apa yang guru sampaikan. Pengulangan ini
dapat dilakukan secara bersama-sama dan tentunya sesuai dengan modalitas para
siswa.
6.
Rayakan
Mengapa
- Perayaan
memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan. Sekali
lagi, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
Pertanyaan
tuntunan- Untuk pelajaran ini cara apa yang sesuai untuk
merayakan? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?
Strategi
–
pujian,beryanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta kelas.
Perayaan adalah ekspresi dari kelompok
seseorang yang telah berhasil mengerjakan suatu tugas atau kewajiban dengan
baik. Seperti halnya seorang muslim setelah berpuasa selama satu bulan penuh
mereka merayakan hari kemenangan yaitu iedul fitri dengan penuh suka cita dan
kegembiraan. Maka sudah selayaknya jika siswa sudah menyelesaikan tugas dan
kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat tepuk tangan dan bernyanyi
bersama. Ketika Anda menguasai keseimbangan di atas sepeda, semua orang
bersorak dan Anda tahu Anda sudah bisa. Maka hal itu memperkuat kesuksesan Anda
dan memberi Anda motivasi untuk mencoba berulang-ulang. Begitu halnya dengan
siswa. Siswa akan membutuhkan penguatan yang sama dalam belajar. Jadi
rayakanlah!.[15]
Kerangka belajar di atas memang
sangatlah mudah difahami akan tetapi perlu kesungguhan untuk menjalankan semua
rancangan di atas. Sebenarnya model TANDUR ini secara tidak langsung sudah kita
lakukan dalam kegiatan sehari-hari akan tetapi sering kali kita tidak
menyadarinya. Kunci dari rancangan belajar TANDUR ini adalah terletak pada
kekereatifan guru tersebut, karena bersifat interaktif jadi guru harus
pandai-pandai berinteraktif dengan siswa.
4. Kelebihan
dan kekurangan Quantum Teaching
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan dan lelebihan dan kekurangan model pembelajaran Quantum Teaching
sebagai berikut.[16]
Kelebihan Pembelajaran Quantum
Teaching:
a. Selalu berpusat pada apa yang masuk
akal bagi siswa.
b. Menumbuhkan dan menimbulkan
antusiasme siswa.
c. Adanya kerjasama.
Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahamisiswa.
d. Menciptakan tingkah laku dan sikap
kepercayaan dalam diri sendiri.
e. Belajar terasa menyenangkan.
f. Ketenangan psikologi dan motivasi
dari dalam.
g. Adanya kebebasan dalam berekspresi.
H. Menumbuhkan idialisme, gairah dan
cinta mengajar oleh guru.
Kekurangan Pembelajan Quantum Teaching:
a. Memerlukan persiapan yang matang bagi
guru dan lingkungan yang mendukung.
b. Memerlukan fasilitas yang memadai.
c. Model ini banyak dilakukan di
luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
d. Kurang dapat mengontrol siswa
5. Langkah-Langkah Aplikasi
Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa secara umum
tujuan pengajaran PAI adalah (1) Penanaman nilai ajaran Islam, (2) Pengembanan
keiimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta ahklak mulia, (3) Penyesuaiain
mental, (4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, (5) Penecegahan, (6) Pengajaran
tentang ilmu pengetahuan keagaman, (7) Penyaluran siswa untuk mendalami
pendidikan agam ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Dilihat dari komposisinya, bisa di katakana bahwa
ranah afektif dan psikomotorik dalam pembelajaran PAI adalah lebih dominan di
banding aspek kognitifnya. Sehingga dari sini pengajaran PAI di sekolah umum
semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaan
model
dan strategi pembelajaran
yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotor, namun tetap
tidak mengabaiakn aspek kognitif. Jika demikian halnya, ,maka penggunaan
Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat di aplikasikan. Berikut
ini langkah – langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching.
[17]
a. Menata
nilai
Dalam berbagai hal niat mempunyai peran yang sangat penting,
termasuk di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru wajib memiliki niat
yang kuat, atau kepercayaan akan kemampuan dan motivasi siswa.Hal ini sejalan dengan
sabda Rasul, innama al a’malu bi an niyat.
Guru harus mempunyai niat kuat bahwa yang dilakukan hanya semata untuk
beribadah kepada Allah; untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan melalui
pendidikan; dan menyiapakan generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas.
Membekali siswa dengan nilai-nilai agama yang di harapkan bisa menjadi nilai
spiritual mereka dalam segala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam
konteks ini dalam positive thinking bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan
motivasi untuk belajar. Dengan modal keyakinan ini,guru dapat berusaha sedapat
mungkin memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa untuk kepentingan
pembelajaran.
b. Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain, ialah
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan.[18]
Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, bahwa pengelolaan
kelas adalah suatu rangkaian tingkah laku yang kompleks, di mana guru dituntut
untuk mengembangkan dan mengatur kondisi kelas yang akan memungkinkan siswa
mencapai tujuan belajar yang efisien.[19]
Indikator pengelolaan kelas yang baik adalah:
1. Kondisi belajar yang optimal, kondisi belajar yang nyaman, tenang, sejuk
sehingga sangat membantu perhatian siswa pada materi pelajaran.
2. Menunjukkan sikap tanggap, perilaku positif atau negatif yang muncul di
dalam kelas harus dapat disikapi dengan baik sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
3. Memusatkan perhatian kelompok, dengan memusatkan perhatian secara terus
menerus terhadap siswa dapat mempertahankan konsentrasi siswa disebabkan oleh
ketidak pahaman siswa terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.
4. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas, sering terjadi kurangnya
konsentrasi siswa disebabkan oleh ketidak pahaman siswa terhadap arah dan
sasaran yang akan dicapai.
5. Memberikan teguran dan penguatan, teguran diberikan untuk mengarahkan
tingkah laku siswa, dan penguat perlu dilakukan untuk memberikan respon positif
dengan cara memberikan pujian dan penghargaan.[20]
Dengan demikian,
pengelolaan kelas adalah merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Kemudian dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik
yang melakukan berbagai kegiatan yang tidak ada hubungnya dengan kegiatan
belajar mengajar, atau suatu kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar
mengajar.
Dengan adanya
pengelolaan kelas maka dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran, meningkatkan
prestasi siswa dalam belajar, menerapkan pendekatan belajar yang kreatif,
variatif, dan inovatif.
Maka dapat disimpulkan
pengelilaan kelas adalah Pengelolaan kelas merupakan kegiatan
yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru (pendidik) dengan tujuan
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal sehingga diharapkan proses
belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.
c. Proses
pembelajaran
Sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya bahwa
pembelajaran denfan Quantum Teaching mensyaratkan bahwa pembelajaran harus
berjalan menyenangkan dan bervariasi. Terkait dengan hal ini, guru harus pandai-pandai membuat suasana yang nyaman bagi seluruh
siswa.
Hal-hal berikut ini bisa diperhatiakan oleh guru untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan.
1.
Keteladanan
Keteladan adalah hal yang paliang penting berikutnya yang dianjurkan
dalam pembelajran Quantun Teaching. Dalam dunia pendididkan ada dua prinsip
yang sangat popular; “ At thariqatu
ahammu minal maddah, wal mu’allimu ahammu min ath thariqah” { metode
pembelajaran lenih penting dari materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri }. Dari prinsip
ini tergambar bahwa guru mempunyai peran
yang vital dan sentral,
lebih-lebih untuk pengajaran agama dan moral.
[21]
Sering kita dengar pepatah;; “Tindakan berbicara lebih keras daripada
kata-kata”,”Kami butuh bukti bukan janji”, “Praktikan apa yang kau katakana”.
Demikian juga ayat Al-Qur’An, “Kabarunmaqtan
inda Allahi an taquluu ma la taf’alun” {Adalah dosa besar menurut Allah,
jika engkau mengatakan sesuatutetapi engkau tidak melakukannya}.
Pepatah dan ayat di atas, semuanya mengacu pada keteladanan (modeling).
Siswa sering tidak tertarik dalam pembelajaran karena melihat ada kontradiksi
antarperkataan dan perbuatan guru. Namun ketika guru nisa membrikan
keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam siri siswa kesebangunan dan
kecocokan antara yang mereka dengar dengan yang mereka lihat.
Ketika
guru mengajarkan pentingnya sholat jamaah misalnya, maka sedapat mungkin guru
harus memberi contoh kepada siswa keseriusan dalam mengikuti sholat jamaah,
sekaligus motivasi mereka untuk bisa melakukan sholat berjamaah. Contoh lain,
ketika mengajarkan pentingnya kedisiplinan, guru juga semestinya menunjukkan
kepada murid kedisiplinan dalam masuk dan keluar kelas.
2. Metode Pengajaran
Guru sedapat mungkin harus menggunakan metode yang
beragam dan mengkombinasikannya dengan baik.
Metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, bermain peran harus digunakn secara profesional
dan sesuai dengan tujuan yang dirangcang. Intinya guru sangat dirahapkan
sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, sehingga
pembelajaran tidak terkesan menonton. [22]
3. Metode Pembelajaran
Media memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran. Hal ini karena media dalam pembelajran digunakan
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Dengan penggunaan
media diharapkan proses dan hasil pembelajaran menjadi lebih menarik,
pembelajar lebih efektif dan interaktif, mengurangi proses pembelajaran yang
hanya dilaksanakan dengan teknik ceramah, menumbuhkan sikap positif terhadap
bahan dan proses pembelajaran. Dengan meningkatkan proses pembelajaran ini
diharapkan mutu hasil pembelajran pun akan meningkat.( Priyatni, 2000:2)
[23]
4. Apresiasi
Sering di antara kita bersikap “dingin” tanpa apresiasi
sedikitpun terhadap hasil yang dilakukan oleh siswa. Padahal, layaknya manusia
pada umumnya siswa juga menyukai akan pengkuan dan penghargaan dari orang lain.
Oleh karena itu adalah hal yang sangat positif juka seorang guru tidak pelit
memberikan apresiasi kepada siswa. Apresiasi bisa berupa jadiah barang,
kata-kata pujian, motivasi, perhatian, atau hal-hal positif lainnya. [24]
6. Menyusun
Kesimpulan
Banyak kejadian, dimana guru menutup pembelajaran hanya dengan pernyataan
“anak-anak pelajran sudah berakhir” atau pernyataan lain seirama dengannya.
Menutup pelajran bukan sekedar, dan memang bukan hanya mengeluarkan pertanyaan
bahwa pelajaran sudah berakhir. Di samping itu, banyak juga fakta bahwa guru menutup
pelajran dengan menarik kesimpulan atau membuat rangkuman dari pelajaran yang
sudah diajarkan, dan ditambah dengan memberikan tugas
rumah atau pekerjaan rumah.
Dalam pembelajaran Quantum Teaching, nenutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah dimana pihak guru
yang berperan menyimpulkan materi yang disampaikan, sementara siswa
dibiarkan diam mendengarkan kesimpulan sang guru. Oleh karena itu, siswa harus
didorong bisa menemukan kesimpulan dari pelajaran yang disampaikan.
Selanjutnya, guru tinggal memberikan penguatan atas kesimpulan yang dibuat
siswa. Karena pelajaran PAI adalah pelajaran yang banyak berorientasi kepada
pengembangan moralitas dan akhlakul
karimah, maka dalam konteks penemuan kesimpulan, seorang gur PAI bis ajuga
mengjak siswa melakukan muhasabah pada
akhir materi dengan cara mengaitkan materi dengan contoh kasus yang
sedang berkembang.
Akhirnya, mengingat begitu signifikannya MP PAI ini,
maka sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak,
khususya para guru yang menjadi ujung tombak keberhasilan pengajaran PAI. Para guru
PAI tidak boleh puas dengan
apa dicapai selama ini , mereka harus selalu mengasah kemampuan mengajarnya
dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran modern. Salah satunya adalah
dengan metode Quantum Teaching. [25]
KESIMPULAN
Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang dapat membagi
unsur-unsur pembelajaran menjadi dua kategori seperti kontesk dan isi. Dengan Quantum Teaching diharapkan dunia pendidikan
akan semakin maju ke depannya. Sebab, Quantum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan
minat untuk terus belajar dengan semangat tinggi. Bagi Quantum Teachig keberadaan bahasa tubuh sangat ditekankan dalam pembelajaran.
Quantum Teaching menawarkan
model-model pembelajaran yang berprinsif memperdayakan potensi siswa dan
kondisi di sekitarnya. Model-model tersebut adalah model AMBAK dan TANDUR.
AMBAK adalah suatu model penting Quantum Teaching. AMBAK
merupakan singkatan dari APA MANFAAT BAGIKU
PAI di sekolah umum
semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaan
model
dan strategi pembelajaran
yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotor, namun tetap
tidak mengabaiakn aspek kognitif. Jika demikian halnya, ,maka penggunaan
Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat di aplikasikan. Berikut
ini langkah – langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum
Teaching.
Sebagaimana dijelaskan di
bagian sebelumnya bahwa pembelajaran denfan Quantum Teaching mensyaratkan bahwa
pembelajaran harus berjalan menyenangkan dan bervariasi.
Dalam pembelajaran Quantum
Teaching, nenutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah dimana pihak guru
yang beroeran menyimpulkan materi yang disampaikan, sementara siswa
dibiarkan diam mendengarkan kesimpulan sang guru. Oleh karena itu, siswa harus
didorong bisa menemukan kesimpulan dari pelajaran yang disampaikan.
Hasil Observasi Implementasi Model
Pembelajaran Quantum Teaching dalam Pendidikan Agama Islam




SD
Negeri 241 Palembang terletak Perunas Talang Kelapa Blok VI RT. 17 Kecamatan
Alang-alang Lebar Palembang.
Di
lingkungan sekolah SD Negeri 141 Palembang besih rapi suasana di lapangan
sekolah hijau. Guru dan muridnya bersahaja. Ketika ada murid yang berkelahi
guru langsung menuju tempat kejadian dan memisahkan mereka dan tidak lupa
mendamaikan, suasana pada saat itu pada jam istirahat setelah senam pagi yang
diadakan oleh pihak sekolah.
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang saya amati di kelas V suasana kelas sangat
kondusif, siswa-siswinya belajar mengulang pelajaranyang minggu lalu yan telah
diberikan oleh Ibu Indrawati, S.Pd.I
Ketika
saya mengajukan pertanyaan “apakah ibu pernah mengunakan metode Qantum Teaching
dalam mengajar di kelas seperti AMBAK / TANDUR”. Dan Ia mengatakn tidak pernah
tapi ai sering menggunakan metode dalam mengajar metode dikusi, tanya jawab dan
ceramah.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamdayama, Jumanta.2017
Metodelogi Pengajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Harto, Kasinyo. 2012. Active
Learning dalam Pembelajaran Agama Islam: Rekonstruksi Model Pembelajaran PAI di
Sekolah dan Madrasah, Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Ary Yanuarti, A.
Sobandi, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Teaching”, Jurnal Pendidikan Perkantoran, Vol. 1, No.
1, 1 Agustus 2016.
Bobbi De Porter, et.al,
Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas,
(Bandung: Kaifah PT Mizan Pustaka, 2010)
Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan,
(Bandung: KAIFA, 1999)
Abuddin Nata, Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009)
Djiwandono, Wuryani,
Esti Sri.2006 Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Diana Widyarani, Skripsi:
Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Pembelajaran Efektif Pada Mata Pelajaran
IPS di SMP Al-Mubarak Pondok Aren Tanggerang Selatan, (Jakarta: Program
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
https://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-quantum-teaching/
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SMP Life skill Teknologi Informatika IGM
Palembang
Mata
Pelajaran : PAI
Kelas/semester : VII/Gazal
Materi Pokok : Jujur, Amanah, Istiqamah
Alokasi Waktu :
1 Pertemuan ( 3 JP)
A.
Kompetensi Inti (KI)
a.
Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya.
b.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
c.
Memahami dan menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
d.
Mencoba, mengolah, menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
B.
Kompetensi Dasar
dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KD
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
1.5
2.5
3.5
4.5
|
Meyakini bahwa jujur, amanah, dan
istiqamah adalah perintah agama.
Menunjukkan perilaku jujur, amanah, dan istiqamah dalam kehidupan
sehari-hari.
Memahami makna perilaku jujur,
amanah, dan istiqamah.
Menyajikan makna perilaku jujur, amanah, dan istiqamah.
|
1.5.1 Menjelaskan definisi jujur ( Pertemuan 5)
1.5.2 Menunjukan perilaku jujur dalam
kehidupan sehari-hari (Pertemuan 5)
1.5.3 Menjelaskan definisi amanah
(Pertemuan 5)
1.5.4 Menjelaskan definisi
istiqamah (Petemuan 5)
1.5.5 Menunjukan sikap isiqamah
dalam
kehidupan sehari-hari (Pertemuan 5)
1.5.6 Mengembangkan nilai-nilai karakter
budaya bangsa, seperti jujur dan religius
(Pertemuan 5)
|
Fokus
pengembangan karakter: Jujur, bertanggung jawab, disiplin, kerjasama,menghargai Orang lain
C.
Tujuan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Setelah mengikuti serangkaian
kegiatan pembelajaran, peserta didik dapat:
1. Menjelaskan definisi jujur
2. menunjukan perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan nilai-nilai karakter budaya bangsa, seperti jujur dan
religius
dalam pemebelajaran iman kepada
Allah Swr. Dan malaikat-malaikat-Nya.
4. Menjelaskan definisi amanah
5. Menunjukan perilaku amanah dalam kehidupan
sehari-hari
6. Menunjukan sikap isiqamah dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Pembelajaran
Materi
Reguler
1.
Pengertian Kejujuran
Jujur adalah sifat penting dalam isalm. Secara
sederhana jujur adalah berkata terus dan tidak bohong. Menurut kamus Besar
bahasa Indonesia, jujur memiliki tiga arti sebagai berikut.
a.
lurus hati; tidak bohong (misalnya dengan berkata apa adanya)
b.
tidak curang (misalnya dalam permaian, dengan mengikuti aturan yang berlaku):
c.
Tulus; ikhas.
2.
Tingkatan jujur
Menururt Iman Al-Gazali dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin, kejujuran terbagi ke dalam lima tingkatan, sebagai berikut.
a.
Jujur dalam ucapan
b.
Jujur dalam niat
c.
Jujur dalam Kemauan
d.
Jujur dalam menepati janji
e.
Jujur dalam pebuatan
3.
Pengertian Amanah
Definisi amanah tersebut tersebut memberikan
pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan dua pihak , yaiyu si pemberi
amanah dan si penerima amanah.
5.
Pengertian Istiqamah
Istiqamah menurut bahasa artinya al-i’tidal (lurur).
Artinya lurus dan mapan. Adapun menurut Syariat, istiqamah adalah meniti jalan
lururs yaitu agama yang lurus (isalam) tanpa menyimpan ke kanan atau ke kiri.
Materi Pengayaan
Diberikan materi yang yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih
tinggi dari materi regular. Materi
Remidial
materi regular yang belum dikuasai peserta didik.
E. Metode Pembelajaran
Pertemuan
1 (3JP) : Model Pembelajaran Quantum
Teaching
Pendekatan
Pembelajaran : Saintifik
I. Alat
dan Media Pembelajaran
1. Power point, Gambar
2. White board dan spidol
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
4. Lembar Penilaian
II.
SUMBER BELAJAR
Mohammad
Fauzi A.G.2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi SMP/MTs Kelas VII.Bandung: Grafindo Media Pratama
III. Kegiatan Pembalajaran
1.
Pertemuan Ke-1
Kegiatan
|
Diskripsikegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
Peserta didik
memberi salam, berdoa, dan melaporkan
siswa yang
tidak ikut belajar pada jam pealajaran
sekarang;
memperhatikan kebersihan kelas.
|
10 menit
|
Inti
|
Ø Langkah Pertama Stimulation (stimulasi/Pemberian
rangsangan) Peserta didik mengamati tayangan slide power point mengenai Gambar
contoh orang berprilaku jujur, amanah, dan istiqamah di kehidupan sehari-hari
Langkah
Kedua Problem Statemen (pertanyaan atau
identifikasi masalah
1. Secara berkelompok Peserta didik
berdiskusi hal-hal yang ingin di
ketahui dari hasil pengamatan untuk menyelesaikan LKS, yakni :
a.
Jelaskan tentang pengertian jujur, amanah, dan istiqamah ?
b.
hubungankan antara jujur, amanah dan istiqamah?
Ø Langkah ketiga Pengorganisasian
siswa dalam kelompok melalui kegiatan : Data Collection (Pengumpulan data), Data
Processing(Pengolahan Data)
1. Melalui kelompok Peserta didik
menganalisis, menalar, mencoba dan menyimpulkan sendiri dari lembar kerja
siswa untuk memahami dan menyajikan data melalui berbagai sumber
Ø Langkah ke empat Membimbing
Peserta didik dalam kelompok belajar dan melakukan evaluasi
1.
Guru
berkeliling kelompok untuk mengamati kegiatan belajar kelompok peserta didik
dan memberikan bimbingan kepada setiap kelompok
2.
Peserta
didik mempresentasikan hasil kerjanya untuk menjelaskan data dari hasil yang mereka peroleh .
Ø
Langkah
Ke Lima Pembuktian peserta didik melakukan pemeriksaan untuk membuktikan
hasil kebenaran yang telah mereka temukan
Ø
Langkah
ke Enam menarik kesimpulan dari pertanyaan
1.
Peserta
didik memberikan tanggapan berupa pertanyaan atau saran dankritk kepada
kelompok yang sedang presentasi didepan kelas
Peserta
didik memberikan pengharagaan dengan cara bertepuk tangan untuk kelompok
|
90 menit
|
Penutup
|
a. Peserta
didik menyimpulkan topik pembelajaran hari ini
b. Peserta didik mengerjakan soal dari buku PAI Kelas
VII
c. Peserta didik berdoa untuk menutup pembelajaran
Bersikap
Religius dan bertanggung jawab
|
15 menit
|
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam
pemebelajaran meliput sikap: disiplin, rasa percaya diri, berprilaku jujur,
tangguh menghadapi masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
F. PENILAIAN
HASIL BELAJAR
1. Teknik Penilaian
Kompensi Sikap Spiritual
No
|
Teknik
|
Bentuk
Instrumentasi
|
Contoh butir
Intrumen
|
Waktu
Pelakanaan
|
Keterangan
|
Observasi
|
Lembar Onservasi
(Jurnal)
|
Telampir
|
Saat pembelajaran
Berlangsung
|
Penilaian dan untuk penjacapaian pembelajaran (assessment for and of learning)
|
Kompetensi Sikap Sosial
No
|
Teknik
|
Bentuk
Instrumentasi
|
Contoh butir
Intrumen
|
Waktu
Pelakanaan
|
Keterangan
|
1
|
Observasi
|
Lembar Onservasi
(Jurnal)
|
Telampir
|
Saat
pembelajaran
berlangsung
|
Penilaian dan untuk penjacapaian pembelajaran (assessment for and of learning)
|
Kompetensi Pengetahuan
No
|
Teknik
|
Bentuk
Instrumen
|
Contoh butir
Intrumen
|
Waktu
Pelakanaan
|
Keterangan
|
1
|
Observasi
|
Lembar Onservasi
(Jurnal)
|
Telampir
|
Saat
pembelajaran
berlangsung
|
Penilaian pembelajaran (assessment
for and of learning)
|
2
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
Terlampir
|
Setelah pembelajaran pada KD. 1.8 selasai dan terjadwal pada
program Semester
|
Penilaian dan penjacapaian pembelajaran (assessment for and of learning)
|
No
|
Teknik
|
Bentuk
Instrumen
|
Contoh butir
Intrumen
|
Waktu
Pelakanaan
|
Keterangan
|
1
|
Pratek
|
||||
2
|
Penugasan
|
||||
3
|
Portopolia
|
Memberikan
Deskipsi pada penilaian penugasan
(assessment
for and of learning)
|
Saat
|
Data untuk penulisan
|
G: Pembelajaran Remidial
Berdasarkan hasil analisis ulangan
harian, peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar diberi
kegiatan pembelajaran remidial dalam
bentuk
a. Bimbingan
perorangan jika peserta didik yang belum tuntas antara ≤ 20%
b.
Belajar kelompok jika peserta didik yang belum tuntas antara 20% dan 50; dan
c.
Pembelajaran ulang jika peserta didik yang belum tuntas ≥ 50%
H. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan
hasil analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar
diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk penugasan yatu mengerjakan soal-soal
dengan tingkat kesukitan yang lebih tinggi.
Mengetahui,
Palembang, Desember 2018
Dosen
Pengampu
Guru Mata Pelajaran PAI
Syarnubi, M.Pd.I Indah Winsara
NIP. NIM. 165210011
[1] Jumanta, Hamdayama, Metodelogi
Pengajaran,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017), hlm. 1.
[2] Kasinyo Harto, Active Learning dalam
Pembelajaran Agama Islam: Rekonstruksi Model Pembelajaran PAI di Sekolah dan
Madrasah, (Cet. 1, Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2012), hlm. 170.
[4] Ary
Yanuarti, A. Sobandi, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching”, Jurnal Pendidikan
Perkantoran, Vol. 1, No. 1, 1 Agustus 2016, hlm. 13-14.
[6] Bobbi
De Porter, et.al, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Kaifah PT Mizan Pustaka, 2010), hlm. 32.
[10] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[11] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[12] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[13] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[14] Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan
Belajar Nyaman Dan Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[15] Bobbi DePorter
dan Mike Hernacki, Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman Dan
Menyenangkan, (Bandung: KAIFA, 1999), hal. 89-93
[16]https://desykartikaputri.wordpress.com/2013/01/02/makalah-model-pembelajaran-quantum-teaching/ di akses pada 19 Desember 2018
[18]Abuddin
Nata, Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group,
2009), hal. 338.
[19]Sri Esti
Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan,( Jakarta: PT.
Gramedia, 2006), hal. 262.
[20]Diana
Widyarani, Skripsi:
Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Pembelajaran Efektif Pada Mata Pelajaran
IPS di SMP Al-Mubarak Pondok Aren Tanggerang Selatan, (Jakarta:
Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hal. 12-13
No comments:
Post a Comment