Thursday, December 20, 2018

Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran, Bahan Ajar dan Evaluasi


Menjelaskan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kegiatan Pembelajaran, Bahan Ajar dan Evaluasi

Di Susun Oleh:
Indra Komarudin     (1652100113)
  
Dosen Pengampuh: Syarnubi, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018






BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Proses mengajar adalah proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan peranya sebagai pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar yang direncanakan, untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat di katakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya, namun untuk menyamakan persefsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah di sempurnakan[1].
Sedangkan strategi belajar mengajar adalah adanya interaksi belajar mengajar yang di rencanakan secara strategis untuk mencapai tujuan pendidikan khusus secara tepat guna(efisien) dan berhasil guna(efektif). Istilah strategis digunakan berdasarkan anggapan bahwa banyak pilihan cara belajar untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu persoalan ,menyusun dan merencanakan program belajar mengajar pada hakikatnya adalaha pekerjaan memilih berbagai alternatif dengan mempertimbangkan berbagai kekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu tujuan.  








                                 


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Keberhasilan Belajar Mengajar
Belajar adalah aktivitas untuk menerima, menanggapi dan menganalisa bahan-bahan yang dipelajari. Seseorang dikatakan belajar apabila ia mengalami proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menurut Slameto, belajar adalah proses yang dilalui untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan[2].
Pembelajaran secara sederhana adalah bagaimana membelajarkan peserta didik, yaitu upaya guru untuk mengorganisir dan mengkondisikan suatu situasi tertentu sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Pendidik bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi salah satu sumber belajar. Sumber belajar bagi peserta didik, di samping pendidik, juga bisa berupa teman sejawat, buku, lingkungan, media massa, dan lain-lain. Peserta didik didorong dan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berpikir, berbicara dan berbuat sesuai dengan materi pelajaran yang diikutinya. Pendidik adalah fasilitator pembelajaran, yang memfasilitasi belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan, dengan berbagai strategi pembelajaran yang tepat[3].
Mengajar adalah suatu aktivitas yang melekat pada proses pembelajaran, khususnya dalam lingkup pendidikan formal. Mengajar, adalah kata kunci yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan. Awalnya, pengajaran dikembangkan secara pasif, yakni guru menerangkan, murid mendengarkan; guru mendiktekan, murid mencatat; guru bertanya, murid menjawab; dan seterusnya. Model ini oleh Paulo Freire disebut sebagai model deposito, dimana guru berperan sebagai deposan yang mendepositokan  pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya menerima,  mencatat, dan menyimpan semua yang disampaikan guru. Model ini oleh Muska Mosston, disebut juga dengan istilah gaya komando, yang mengembangkan prinsip distribusi sebuah keputusan harus dilakukan secara herarkis, dari atas ke bawah, dari guru pada siswa[4].
Kegiatan belajar merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan sangat tergantung kepada bagaimana proses belajar berlangsung. Setelah proses belajar berlangsung, maka diadakan evaluasi untuk melihat hasil dari proses belajar. Hasil yang dicapai setelah melakukan proses belajar disebut dengan prestasi belajar[5].
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain “Suatu proses belajar mengajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai”[6].
Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesei menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.

B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Mengajar
Para ahli mengatakan bahwa keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) individu.
1.      Faktor internal meliputi keadaan fisik secara umum. Sedangkan psikologi meliputi variabel kognitif termasuk di dalamnya adalah kemampuan khusus (bakat) dan kemampuan umum (intelegensi). Variabel non kognitif adalah minat, motivasi, dan variabel–variabel kepribadian.
2.      Faktor eksternal meliputi aspek fisik dan sosial. Aspek fisik terdiri dari kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Sedangkan aspek sosial adalah dukungan sosial dan pengaruh budaya[7].
a.         Kegiatan Pembelajaran
Pola umum kegiatan adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang dibimbing kedalam lingkungan belajar yang telah diciptakan oleh guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang brmacam-macam.. Guru yang menggunakan pendekatan individual, misalnya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial. Dari kedua pendekatan tersebut lahirlah kegiatan belajar mengajar yang berlainan, dengan tingkat keberhasilan belajar mengajar yang tidak sama pula[8].
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode cramah tidak sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusi[9].
Jarang ditemukan guru hanya menggunakan satu metode dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan rumusan tujuan yang guru buat tidak hanya satu, tetapi bisa lebih dari dua rumusan tujuan. Itu berarti menghendaki penggunaan metode mengajar harus lebih dari satu metode. Metode mengajar yang satu untuk mencapai tujuan yang satu, sementra metode mengajar yang lain untuk mencapai tujuan yang lain. Bermacam-macam penggunaan metode akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang berlainan kualitasnya.
Dengan demikian kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar.
b.         Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan materi penting bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa bahan ajar, tampaknya guru akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada prinsipnya, guru harus selalu menyiapkan bahan ajar dalam pelaksanaan proses pembelajaran[10].
Pada umumnya, sumber bahan ajar telah tersedia di perpustakaan atau diberbagai toko buku. Sumber bahan ajar yang dikemas dalam bentuk buku teks pelajaran ditulis oleh para pakar dan praktisi dari latar mata pelajaran atau bidang studi. Menulis sumber bahan ajar seperti buku teks tidak boleh dilakukan sembarangan, tetapi harus mengikuti kaidah penulisan bahan ajar yang standar. Oleh karena itu, tidak semua guru mengetahui dan memahami bagaimana menulis atau menyusun buku tesk sebagai sumber bahan ajar yang baik[11].
Bahan pembelajaran yang digunakan perlu didesain secara khusus sehingga sesuai dengan karakteristik proses belajar dan pembelajaran. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dengan cara; pertama, membuat atau menulis sendiri, ini merupakan pengembangan bahan ajar yang paling ideal; kedua, memodifikasi atau kompilasi, yaitu menggunakan bahan ajar yang telah ada namun dilakukan perubahan atau penambahan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran; ketiga, mengadaptasi yaitu menggunakan sebagian atau secara utuh dengan melengkapi panduan belajar dalam menggunakan bahan ajar yang telah ada[12].
Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah menulis bahan ajar dan buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru mesti selektif dalam memilih buku yang layak dan berkualitas. Untuk memacu kreativitas guru, dimungkinkan pula untuk menulis buku teks pelajaran.
c.          Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan kegiatan belajar mengajar dikelas[13].
Bila masa ulangan, semua bahan yang telah diprogramkan dan harus selesei dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item soal evaluasi. Gurulah yang membuatnya dengan perencanaanyang sistematis dan dengan penggunaan alat evaluasi. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya benar-salah dan pilihan ganda, tapi juga menjodohkan, melengkapi dan essay.
Masing-masing alat evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menyadari akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya menggunakan satu alat evaluasi. Tetapi guru sudah menggabungkannya lebih dari satu alat evaluasi[14].
Pembuatan item soal dengan memakai alat tes objektif dapat menampung hampir semua bahan pelajaran yang sudah dipelajari oleh anak didik dalam satu semester, tapi kelemahannya terletak pada penguasaa anak didik terhadap bahan pelajaran bersifat semu, suatu penguasaan bahan pelajaran yang masih samar-samar. Jika alternatif itu tidak dicantumkan, kemungkinan besar anak didik kurang mampu memberikan jawaban yang tepat.
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan didalam kelas. Semua anak didik dibagi menurut kelas masing-masing. Kelas 1, 2 dan 3, dikumpulkan menurut tingkatan masing-masing. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan didalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem silang adalah tehnik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil evaluasi yang benar-benar objektif[15].
Sikap yang merugikan pelaksanaan dari evaluasi dari seorang pengawas adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama diantara anak didik. Pengawas seolah-olah tidak mau tau apa yang dilakukan oleh anak didik selama ulangan. Tidak peduli apakah anak didik mennyontek, membuka kertas kecil yang berisi catatan yang diambil daribalik pakaian, atau membiarkan anak didik bertanya jawab dalam upaya mendapatkan jawaban yang benar. Lebih merugikan lagi adalah sikap pengawas yang dengan sengaja menyuruh anak didik membuka buku atau catatan untuk mengatasi ketidakberdayaan anak didik dalam menjawab item-item soal. Dengan dalih. Karena koreksiannya sistem silang, malu kebodohan anak didik diketahui oleh sekolah lain.
Dampak dikemudian hari dari sikap pengawas yang demikian itu, adalah mengakibatkan anak didik kemungkinan besar malas belajar dan kurang memperhatikan penjelasan guru ketika belajar mengajar berlangsung. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik. Inilah dampak yang merugikan terhadap keberhasilan belajar mengajar.








BAB III
PENUTUP

Simpulan
proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain “Suatu proses belajar mengajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai”. Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesei menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.





  

DAFTAR PUSAKA
Abdurahmansyah, Ismail Sukardi,  Nyayu Soraya., “Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI FITK UIN Raden Fatah Palembang Angkatan 2014  Dalam Mata Kuliah Bahasa Arab”. Tadrib. 2017. Vol. III, No.1.
Ahmad Soleh, Pramono dan Suratno., “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa Kelas 2 Tmo Smk Texmaco Semarang Pada Mata Diklat Service Engine Dan Komponen-Komponennya”. Jurnal PTM. 2009.  Vol. 09, NO. 2.
Ahmad Syarifuddin., “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative  Belajar
Dan Faktor-Faktor Yang  Mempengaruhinya”, Tadrib.2011. Vol. XVI, No. 01.
Bahri Syaiful, Djamarah, ,  2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta.
Dediknas, 2008, “Panduan Pengembangan Bahan Ajar”. Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasr Dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. Jakarta.
Dediknas. 2008. “Panduan Pengembangan Bahan Ajar”. Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasr Dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA.. Jakarta.
Kusnad Edi i. 2008. Strategi Belajar Mengajar, (STAIN METRO).
Mawardi., “Mengajar Yang Membelajarkan”. Jurnal Ilmiah Didaktika. 2012.  Vol. XIII, No. 1.
Syaiful Bahri Djamarah, 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.




[1]Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,  2010. hal 105.
[2] Abdurahmansyah, Ismail Sukardi,  Nyayu Soraya., “Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI FITK UIN Raden Fatah Palembang Angkatan 2014  Dalam Mata Kuliah Bahasa Arab”. Tadrib. 2017. Vol. III, No.1. hal.3.
[3] Ahmad Soleh, Pramono dan Suratno., “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa Kelas 2 Tmo Smk Texmaco Semarang Pada Mata Diklat Service Engine Dan Komponen-Komponennya”. Jurnal PTM. 2009.  Vol. 09, NO. 2, hal. 58.
[4] Mawardi., “Mengajar Yang Membelajarkan”. Jurnal Ilmiah Didaktika. 2012.  Vol. XIII, No. 1, hal. 42.
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta,  2010),  hal 106.
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,  (Jakarta: Rineka Cipta,  2010),  hal 106.
[7] Ahmad Syarifuddin., “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative  Belajar Dan Faktor-Faktor Yang  Mempengaruhinya”, Tadrib.2011. Vol. XVI, No. 01, hal. 131.
[8] Edi Kusnadi, Strategi Belajar Mengajar, (STAIN METRO, 2005), hal. 104.
[9] Edi Kusnadi, Strategi Belajar Mengajar, (STAIN METRO, 2005), hal. 104.
[10]Dediknas., “Panduan Pengembangan Bahan Ajar”. Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasr Dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Jakarta. hal. 2.

[11] Dediknas., “Panduan Pengembangan Bahan Ajar”. Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasr Dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Jakarta. hal. 2.
[12] Dediknas., “Panduan Pengembangan Bahan Ajar”. Depdiknas Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasr Dan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. 2008. Jakarta. hal. 3.
[13] Elly Manizar., “Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar”. Tadrib. 2015, Vol. 1, No 2, hal. 173.
[14] Edi Kusnadi, Strategi Belajar Mengajar, (STAIN METRO, 2005),  hal. 104.
[15] Syaiful Bahri Djamarah,  Strategi Belajar Mengajar,  (Jakarta: Rineka Cipta,  2010), hal 117.

No comments:

Post a Comment

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI      Disusun oleh Laili Hernita         (1652100137)               ...