Sunday, December 23, 2018

Konsep Pembelajaran Contekstual Teaching dan Learning


KONSEP PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING


DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
OLEH:
ITA DESKA ANDRIANI
1632100120

DOSEN PENGAMPU:
SYARNUBI, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar belakang
Di era globalisasi peserta didik dalam pembelajaran perlu di fasilitasi dengan berbagai sumber pembelajaran baik bersifat lokal maupun global, serta di dukung fasilitasi berbagai sumber belajar dan di dukung jaringan kerja yang di gunakan untuk mengoptimalkan pengembangan diri mereka dalam pembelajaran. kegiatan belajar bisa mereka lakukan dimana dan kapan saja, kesempatan belajar bagi mereka tidak terbatas disekolah saja, tetapin juga di luar sekolah sehingga mereka memiliki pandangan atau wawasan lokal dan internasional. di saat seperti ini, peserta didik akan berhadapan dengan berbagai peluang dan tantangan yang beraneka ragam sebagai dampak positif maupun dampak negatif dari globalisasi.[1]
kegiatan pembelajaran perlu dipertimbangkan dengan mengembangkan kecakapan hidup yang sangat di perlukan oleh peserta didik di era globalisasi setelah mereka lulus dan memasuki lapangan kerja atau dalam rangka melakukan pengabdian dalam pengembangan masyarakat.
pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi yang dilakukan selama ini diangap gagal menghasilkan para peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif dalam mencapai keungulankompetitip di era globalisasi. mereka hanya berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali diri mereka memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. oleh karena itu, perlu ada perubahan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam meghadapi permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akaan datang. pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal ini adalah contekstual teaching and learning (ctl).
pendekatan ctl merupakan konsep belajar yang berangapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika ligkungan diciptakan secara alamiah artinya belajar akan lebih bermakna jika peserta didik bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar “mengetahui”. [2]
pembelajaran CTL akan mendorong ke arah belajar aktif. belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik mental, intelektual, dan emosional guna memproleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psokomotorik.





















BAB II
PEMBAHASAN

B.  Pengertian CTL
Pengajaran dan pembelajaran konstekstual atau contekstual teaching and learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.[3]
secara umum model pembelajaran konstekstual adalah suatu model pembelajaran holistik yang mendorong siswa untuk memahami makna materi pembelajaran yang di pelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari.[4]
contekstual teaching and learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa scara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[5]
Ada beberapa pengertian pembelajaran ctl yang dikemukakan oleh parah ahli diantaranya:[6]
1.        Contekstual learning and teaching adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterliban peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasai kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka.
2.        Pembelajarn CTL adalah adalah suatu prosess pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajarai dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
3.        Pembelajaran CTL adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan peserta didik sebagai angota keluarga masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan belajar.
Dengan demikian, tujuann pembelajaran kontekstual bisa menolong peserta didik memahami makna dari materi pembelajaran yang dipelajari, dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks daalam kehidupan sehari-hari. [7]
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwah pembelajaran CTL adalah  pendekatan pembelajaran yang dilakukan pendidikan dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat menghubungkan atau mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kenyataan yang dia temukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik dapat menerapkan materi pembelajaran yang dipelajarinya dalam kehidupan.

C.  Konsep dasar CTL
Contexstual teaching and learning adalah suatu pendekatan  pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dalam kehidupa mereka. [8]
Dari konsep tersebut ada tiga  hal yang harus kita pahami, pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa tidak hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.[9]
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, dengan demikian materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah untuk dilupakan.[10]
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memhami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk di tumpukkan dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.[11]
Pembelajaran konstekstual ( contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan masyarakat.
Sistem CTL dalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari  dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran konstekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengelolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, tetapi yang terpenting adalah proses.

D.  Prinsip pembelajaraan konstekstual
Setiap model pembelajaran, di samping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu saja berimplikasi pada adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan dengan model yang akan diterapkan.[12]
Ada tujuh prinsip pembelajaran konstekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu: [13]
1.        Contructivism( kontruktivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir dalam CTL, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan kontruktiisme diatas memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata
Oleh karena itu, dalam CTL, streategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
2.        Inquiry (menemukan)
Menemukan merupakan kegiatan inti CTL, melalui uapaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlakukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3.        Quistioning
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengtahuan yang dimiliki dseseorang selalu bermulai dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya merupakan salah satu strategi utama dalam CTL, penerapan unsur bertanya atau kemampuan guru dalam mengunkan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Dalam implementasi ctl, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk mengali informasi  atau sumber belajar yang ada kaitanya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain, tugas bagi guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan kehidupan nyata
4.        Learning community
Kebiasaan penerapan dan mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL sangat dimungkinkandan di buka dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa semestinya di bimbing dan di arahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya di sekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas (keluarga dan masyarakat).
5.        Modelling
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang seakin berkembang dan beranekaragam, tela berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai degan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.
6.        Reflection
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi siswa di beri kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menhayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri.
7.        Authentic assessment
Tahap terakhir dari pembelajaran konstekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendaapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapa CTL. Penilaianmerupakan proses pengumpulan data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. degan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses belajar setiap siswa.

E.  Skenario Pembelajaran Konstekstual

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan mengunakan ctl, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain/skenario pembelajaran, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaanya. pada intinya pengembangan pada setiap komponen CTL dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:[14]
1.        Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.
2.        Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan
3.        Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4.        Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
5.        Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Dalam pembelajaran konstekstual, program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama berlansungnya proses pembelajaran. dalam program tersebut harus tercermin penerapan dari ke tujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap guru memiliki persiapan yang utuh mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.


F.             Konsep contekstual teaching and learning di sekolah
Setelah melakukan observasi di smp islam az-zahrah palembang bersama bapak abdul qadir selaku guru mata pelajaran pendidikan agama islam,  maka dapat diperoleh bagaimana hasil pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam di smp islam az-zahrah 2 palembang, sekolah ini sudah menerapkan pendekatan kontesktual (contekstual teaching and learning)
Menurut bapak abdul qadir, pendekatan kontekstual ini sangat membantu guru dalam proses pembelajaran, karena pendekatan kontekstual ini bukan hanya tentang mengingat atau meghafal saja tetapi melalui  pendekatan kontekstual ini guru mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan duni nyata. Oleh karena itu peserta didik mampu mengingat materi pelajaran yang sudah di pelajari bersama eengan gurunya tadi, cengan pendekatan ini murid akan lebih memahami materi yang sudah diajarakan ucap bapak abdul qadir.























KESIMPULAN


Pengajaran dan pembelajaran konstekstual atau contekstual teaching and learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja

Ada tujuh prinsip pembelajaran konstekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
a.       Contructivism( kontruktivisme)
b.      . Inquiry (menemukan
c.       Quistioning
d.      Learning community
e.       Modelling
f.        Reflection
g.      Authentic assessment













RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah                       : MTs NEGERI 1 PALEMBANG
Mata pelajaran          : AKIDAH AKHLAK
Kelas/Semester          : VII/1
Materi                         : Ikhlas
Sub Materi:                : Ikhlas Beramal
Alokasi Waktu           : 1 x 25 Menit (1 x pertemuan)
Kompetensi Inti         :
1.        Menghargai dan Menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.        Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial  dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
3.        Memahami dan menerapkan pengetahuan berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.        Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori
Kompetensi Dasar :
1.3     Menghayati sifat ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
2.3   Membiasakan perilaku ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
3.3  Mencontohkan dampak positif sifat ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. 
4.3  Menceritakan kisah-kisah yang berkaitan dengan dampak positif dari perilaku ikhlas dalam fenomena kehidupan
Indikator  Pencapaian :
3.3.1        Menjelaskan pengertian ikhlas.
3.3.2        Membacakan dan memahami makna yang terkandung dalam surah-surah tentang ikhlas.
4.3.3        Mencontohkan kisah tentang ikhlas
4.3.4        Menyebutkan dampak positif ikhlas
Tujuan Pembelajaran:
1.        Siswa dapat menjelaskan pengertian ikhlas.
2.        Siswa dapat membacakan dan mengetahui makna yang terkandung  dalam surat tentang ikhlas.
3.        Siswa dapat menyebut kandampak positif ikhlas.
4.        Siswa dapat mencontohkan kisah tentang taat ikhlas
Materi Pembelajaran :
1.        Pengertian ikhlas
a.         Pengertian Ikhlas
Secara bahasa ikhlas artinya bersih dari kotoran. Sedangkan menurut istilah ikhlas adalah niat mengharap ridha allah  semata dalam beramal sebagai wujud menjalankan ketaatan kepada allah dalam kehidupan dan dalam semua aspek.
2.      Surat-surat al-Qur’an tentang ikhlas.
a.         Surah al-Qur’an yang menerangkan tentang ikhlas
Ù‚ُÙ„ْ Ø¥ِÙ†َّ صَلاتِÙŠ ÙˆَÙ†ُسُÙƒِÙŠ ÙˆَÙ…َØ­ْÙŠَايَ ÙˆَÙ…َÙ…َاتِÙŠ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِينَ
Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. ( QS Al- An’am ayat 162 )
3.      Dampak positif  ikhlas.
a.         Dampak positif beramal secara ikhlas
Dampak positif orang yang memiliki sifat ikhlas yaitu sebagai berikut:
1.    Memperoleh kepuasan batin
2.    Merasa senang
3.    Dapat menjaga kerutinan dam bentu berbuat baik.
Metode Pembelajaran    :
1.        Pendekatan             : saintifik
2.        Model                     : contekstual teaching and learning
3.        Metode                   :Ceramah, Tanya jawab, Kisah,  pemberian tugas
Sumber/ Bahan/ Alat      :
1.        Sumber
-          Al-Qur’an dan terjemahannya.
-          buku cetak siswa
-          RPP Akidah Akhlak
2.        Bahan
-       Papan Tulis
-       Spidol
Pertemuan ke-1
Langkah-Langkah          :
No.
Kegiatan
Waktu
1.
Pendahuluan
a.          Guru memberi salam ketika memasuki kelas setelah itu Guru menyuruh siswa membaca doa
b.         Guru menanyakan kabar siswa
c.    Guru menanyakan tentang materi pelajaran yang telah di pelajari pada pertemuan sebelumya dan menghubungkan dengan materi yang akan di pelajari

5 menit
2.
Kegiatan Inti
a.       Mengamati
1.      Siswa menyimak penjelasan guru tentang pengertian  ikhlas
b.      Menanya
1.      Dengan bimbingan dan motivasi guru peserta didik mengajukan pertanyaan terkait dengan materi pelajaran yang belum dimengerti mengunakan metode Tanya jawab
c.       Exsplorasi
1.      Peserta didik memikirkan jawaban dari pertanyaan dari temannya, guru materi tentang taat dan ikhlas
2.      Peserta didik berdiskusi tentang materi ikhlas
d.      Mengasosiasi
1.      Setiap individu/ kelompok ditugaskan untuk menulis hasil diskusi tentang contoh ikhlas
e.       Mengkomunikasikan
1.        Menyampaikan hasil diskusi tentang contoh orang yang taat dan ikhlas
2.        Siswa membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru

15 menit










3.
Penutup
a.                   Guru memberikan kesimpulan.
b.                  Guru memberikan refleksi / Tugas kepada siswa

5 menit

Penilaian  Hasil Pembelajaran
1.        Penilaian Pengetahuan
Indikator/ Tujuan pembelajaran
Jenis penilaian
Bentuk penilaian
Instrumen
Skor
a.       Menjelaskan pengertian ikhlas
Tes Lisan
Tes Uraian
a.      Jelaskan pengertian ikhlas
20
b.      Sebutkan jenis ikhlas
Tes lisan
 Tes Uraian
a.       Sebutkan jenis-jenis ikhlas
20
c.       Menyebutkan dampak positif  ikhlas
Tes Lisan
Tes Uraian
a.       Sebutkan dampak positif orang yang ikhlas
30
d.      Mencontohkan kisah tentang  ikhlas
Tes Lisan
Tes Uraian
a.       Contohkan kisah tentang  ikhlas
30
2.      Pengamatan sikap    
No
Nama Siswa
AKTIFITAS

Kerjasama
Keaktifan
Kepedulian Kesantun
Inisiatif
Skor
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

1




2




3




4




5




Mata Pelajaran : Akidah akhlak
Kelas/ Semester           : VII/1
Tahun ajaran                : 2018/ 2019
Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan oleh peserta didik baik secara individu/ kelompok diskusi adalah Kerjasama, Keaktifan, Kepedulian Kesantunan, dan Inisiatif
Pedoman Penilaian:
1                    : Kurang
2                    : Cukup
3                    : Baik
4                    : Sangat baik
3.      penilaian keterampilan
1.      No
Sikap yang diamati
Melakukan
Ya
Tidak
1
Masuk kelas tepat waktu
2
Mengumpulkan tugas tepat waktu
3
Memakai seragam sesuai tata tertib
4
Mengerjakan tugas yang diberikan
5
Tertib dalam mengikuti pembelajaran
6
Mengikuti kegiatan praktik sesuai dengan langkah yang ditetapkan
7
Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
8
Membawa buku teks mata pelajaran
Jumlah

Petunjuk Penskoran :
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0
Kriteria Nilai   :
Sangat Baik     : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik                 : apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup              : apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang            : apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33

Mengetahui,
Palembang,      November 2018

Mengetahui,
 kepala sekolah


Izzudin, S.Ag
Guru mata pelajaran



Ita Deska Andriani






DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa,manajemen pendidikan karakter, (JAKARTA:BUMI AKSAR,             2012), hlm. 176
Ramayulis, metodelogi pendidikan agama Islam, Jakarta: KALAM MULIA,          2012.
Trianto, mendesain model pembelajaran, inovatif-progresif konsep, layanan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, Jakarta: PRENADA    MEDIA GROUP, 2012.
sanjaya wina, pembelajaran dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi,        Jakarta: PRENAMEDIA GROUP, 2015.
Rusman, model-model pembelajaran, Jakarta: RAJAGRAFINDO PERSADA,      2014.
Sukard Ismail , model-model pembelajaran modern:bekal untuk guru profesional, Palemibang: NOER FIKRI OFFSET, 2015.




[1] Ramayulis, metodelogi pendidikan agama Islam, Jakarta:KALAM MULIA, 2012, hlm 253
[2] ibid, hlm, 254.
[3] Trianto, mendesain model pembelajaran, inovatif-progresif konsep, layanan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, Jakarta:PRENADA MEDIA GROUP, 2012, hlm104-105.

[5] Wina Sanjaya, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), hlm. 109.
[6] Ismail Sukardi, model-model pembelajaran modern:bekal untuk guru profesional, Palembang: NOER FIKRI OFFSET, 2015, hlm 173.
[7] E. Mulyasa,manajemen pendidikan karakter, (JAKARTA:BUMI AKSAR, 2012), hlm. 176
[8]Wina Sanjaya, pembelajaran dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi, Jakarta:PRENAMEDIA GROUP, 2015. hlm 109. 
[9] ibid
[10]ibid, 110
[11] ibid
[12] Rusman, model-model pembelajaran, Jakarta:RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014, hlm192.
[13] Ibid
[14] ibid.,  hlm 199-200.

No comments:

Post a Comment

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI      Disusun oleh Laili Hernita         (1652100137)               ...