KONSEP PEMBELAJARAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
OLEH:
ITA DESKA ANDRIANI
1632100120
DOSEN PENGAMPU:
SYARNUBI, M.Pd.I
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Di era globalisasi peserta didik
dalam pembelajaran perlu di fasilitasi dengan berbagai sumber pembelajaran baik
bersifat lokal maupun global, serta di dukung fasilitasi berbagai sumber
belajar dan di dukung jaringan kerja yang di gunakan untuk mengoptimalkan
pengembangan diri mereka dalam pembelajaran. kegiatan belajar bisa mereka
lakukan dimana dan kapan saja, kesempatan belajar bagi mereka tidak terbatas
disekolah saja, tetapin juga di luar sekolah sehingga mereka memiliki pandangan
atau wawasan lokal dan internasional. di saat seperti ini, peserta didik akan
berhadapan dengan berbagai peluang dan tantangan yang beraneka ragam sebagai
dampak positif maupun dampak negatif dari globalisasi.[1]
kegiatan pembelajaran perlu
dipertimbangkan dengan mengembangkan kecakapan hidup yang sangat di perlukan
oleh peserta didik di era globalisasi setelah mereka lulus dan memasuki
lapangan kerja atau dalam rangka melakukan pengabdian dalam pengembangan
masyarakat.
pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi yang dilakukan selama ini diangap gagal menghasilkan para
peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif dalam mencapai
keungulankompetitip di era globalisasi. mereka hanya berhasil “mengingat”
jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali diri mereka memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang. oleh karena itu, perlu ada perubahan pendekatan
pembelajaran yang lebih bermakna sehingga dapat membekali peserta didik dalam
meghadapi permasalahan hidup yang dihadapi sekarang maupun yang akaan datang.
pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal ini adalah contekstual teaching
and learning (ctl).
pendekatan ctl merupakan konsep
belajar yang berangapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika ligkungan
diciptakan secara alamiah artinya belajar akan lebih bermakna jika peserta didik
bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
“mengetahui”. [2]
pembelajaran CTL akan mendorong ke
arah belajar aktif. belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan peserta didik secara fisik mental, intelektual, dan
emosional guna memproleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek
kognitif, afektif, dan psokomotorik.
BAB II
PEMBAHASAN
B.
Pengertian CTL
Pengajaran dan pembelajaran
konstekstual atau contekstual teaching and learning merupakan suatu konsepsi
yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.[3]
secara umum model pembelajaran
konstekstual adalah suatu model pembelajaran holistik yang mendorong siswa
untuk memahami makna materi pembelajaran yang di pelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari.[4]
contekstual teaching and learning
(CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa scara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.[5]
Ada beberapa pengertian pembelajaran
ctl yang dikemukakan oleh parah ahli diantaranya:[6]
1.
Contekstual
learning and teaching adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterliban peserta didik secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasai
kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkanya dalam
kehidupan mereka.
2.
Pembelajarn
CTL adalah adalah suatu prosess pendidikan yang bertujuan membantu peserta
didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajarai dengan cara
menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari.
3.
Pembelajaran
CTL adalah suatu konsepsi belajar mengajar yang membantu pendidik menghubungkan
isi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat
hubungan-hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan peserta
didik sebagai angota keluarga masyarakat, dan pekerja serta meminta ketekunan
belajar.
Dengan demikian, tujuann
pembelajaran kontekstual bisa menolong peserta didik memahami makna dari materi
pembelajaran yang dipelajari, dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik
dengan konteks daalam kehidupan sehari-hari. [7]
Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwah pembelajaran CTL adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan
pendidikan dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat menghubungkan
atau mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kenyataan yang dia temukan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik dapat menerapkan materi
pembelajaran yang dipelajarinya dalam kehidupan.
C.
Konsep dasar CTL
Contexstual teaching and learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dalam kehidupa mereka. [8]
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami, pertama, CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa tidak hanya menerima pelajaran, akan
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.[9]
Kedua, CTL mendorong agar siswa
dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata, artinya siswa dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata, dengan demikian materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah untuk dilupakan.[10]
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk
dapat menerapkanya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa
dapat memhami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran
itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. materi pelajaran
dalam konteks CTL bukan untuk di tumpukkan dan kemudian dilupakan akan tetapi
sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.[11]
Pembelajaran konstekstual ( contextual
teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan masyarakat.
Sistem CTL dalah proses pendidikan
yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran konstekstual sebagai
suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk
mencari, mengelolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat konkret
(terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam
mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. dengan demikian, pembelajaran tidak
sekedar dilihat dari sisi produk, tetapi yang terpenting adalah proses.
D.
Prinsip pembelajaraan konstekstual
Setiap model pembelajaran, di
samping memiliki unsur kesamaan, juga ada beberapa perbedaan tertentu. Hal ini
karena setiap model memiliki karakteristik khas tertentu saja berimplikasi pada
adanya perbedaan tertentu pula dalam membuat desain (skenario) yang disesuaikan
dengan model yang akan diterapkan.[12]
Ada tujuh prinsip pembelajaran
konstekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu: [13]
1.
Contructivism( kontruktivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir dalam CTL, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konsteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat.
Manusia harus membangun pengetahuan
itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. Batasan kontruktiisme diatas
memberikan penekanan bahwa konsep bukanlah tidak penting sebagai bagian integral
dari pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa, akan tetapi bagaimana
dari setiap konsep atau pengetahuan yang dimiliki siswa itu dapat memberikan
pedoman nyata terhadap siswa untuk diaktualisasikan dalam kondisi nyata
Oleh karena itu, dalam CTL, streategi
untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan
merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadap seberapa
banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
2.
Inquiry
(menemukan)
Menemukan merupakan kegiatan inti CTL,
melalui uapaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlakukan bukan merupakan
hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.
3.
Quistioning
Unsur lain yang menjadi karakteristik
utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengtahuan yang
dimiliki dseseorang selalu bermulai dari bertanya. Oleh karena itu, bertanya
merupakan salah satu strategi utama dalam CTL, penerapan unsur bertanya atau
kemampuan guru dalam mengunkan pertanyaan yang baik akan mendorong pada
peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Dalam implementasi ctl,
pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau
pendekatan untuk mengali informasi atau
sumber belajar yang ada kaitanya dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain,
tugas bagi guru adalah membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan untuk
mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dalam kaitan dengan
kehidupan nyata
4.
Learning community
Kebiasaan penerapan dan
mengembangkan masyarakat belajar dalam CTL sangat dimungkinkandan di buka
dengan luas memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Setiap siswa
semestinya di bimbing dan di arahkan untuk mengembangkan rasa ingin tahunya
melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas yang tidak hanya di sekat oleh
masyarakat belajar di dalam kelas, akan tetapi sumber manusia lain di luar
kelas (keluarga dan masyarakat).
5.
Modelling
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi serta tuntutan siswa yang
seakin berkembang dan beranekaragam, tela berdampak pada kemampuan guru yang
memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. Oleh karena itu, maka
kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan
segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami
hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai degan keinginan dan kebutuhan siswa
yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan
alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan
siswa secara menyeluruh dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh
guru.
6.
Reflection
Refleksi adalah cara berpikir
tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain
refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di
masa lalu, siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Pada saat refleksi siswa di beri kesempatan untuk mencerna, menimbang,
membandingkan, menhayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri.
7.
Authentic assessment
Tahap terakhir dari pembelajaran
konstekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari
pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendaapatkan informasi
kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapa CTL. Penilaianmerupakan
proses pengumpulan data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau
petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. degan terkumpulnya berbagai data
dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka
akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses belajar setiap siswa.
E.
Skenario Pembelajaran Konstekstual
Sebelum melaksanakan pembelajaran
dengan mengunakan ctl, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat
desain/skenario pembelajaran, sebagai pedoman umum dan sekaligus sebagai alat
kontrol dalam pelaksanaanya. pada intinya pengembangan pada setiap komponen CTL
dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:[14]
1.
Mengembangkan
pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.
2.
Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan
3.
Mengembangkan
sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4.
Membiasakan
anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan
5.
Melakukan
penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa.
Dalam pembelajaran konstekstual,
program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang dirancang oleh guru, yaitu
dalam bentuk skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswa selama berlansungnya proses pembelajaran. dalam program tersebut harus
tercermin penerapan dari ke tujuh komponen CTL dengan jelas, sehingga setiap
guru memiliki persiapan yang utuh mengenai rencana yang akan dilaksanakan dalam
membimbing kegiatan belajar-mengajar di kelas.
F.
Konsep
contekstual teaching and learning di sekolah
Setelah melakukan observasi di smp
islam az-zahrah palembang bersama bapak abdul qadir selaku guru mata pelajaran
pendidikan agama islam, maka dapat
diperoleh bagaimana hasil pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama islam di smp islam az-zahrah 2 palembang, sekolah ini sudah
menerapkan pendekatan kontesktual (contekstual teaching and learning)
Menurut bapak abdul qadir,
pendekatan kontekstual ini sangat membantu guru dalam proses pembelajaran,
karena pendekatan kontekstual ini bukan hanya tentang mengingat atau meghafal
saja tetapi melalui pendekatan
kontekstual ini guru mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan duni
nyata. Oleh karena itu peserta didik mampu mengingat materi pelajaran yang
sudah di pelajari bersama eengan gurunya tadi, cengan pendekatan ini murid akan
lebih memahami materi yang sudah diajarakan ucap bapak abdul qadir.
KESIMPULAN
Pengajaran dan pembelajaran
konstekstual atau contekstual teaching and learning merupakan suatu konsepsi
yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja
Ada tujuh prinsip pembelajaran
konstekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
a.
Contructivism(
kontruktivisme)
b.
.
Inquiry (menemukan
c.
Quistioning
d.
Learning community
e.
Modelling
f.
Reflection
g.
Authentic assessment
RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: MTs
NEGERI 1 PALEMBANG
Mata
pelajaran : AKIDAH AKHLAK
Kelas/Semester
: VII/1
Materi : Ikhlas
Sub Materi: : Ikhlas Beramal
Alokasi
Waktu : 1 x 25 Menit (1 x
pertemuan)
Kompetensi Inti :
1.
Menghargai dan
Menghayati ajaran agama yang dianutnya
2.
Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
3.
Memahami dan menerapkan
pengetahuan berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mengolah, menyaji dan
menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari
disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori
Kompetensi Dasar :
1.3 Menghayati sifat ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Membiasakan perilaku ikhlas dalam kehidupan sehari-hari.
3.3 Mencontohkan
dampak positif sifat ikhlas dalam kehidupan
sehari-hari.
4.3 Menceritakan
kisah-kisah yang berkaitan dengan dampak positif dari perilaku ikhlas dalam fenomena kehidupan
Indikator
Pencapaian :
3.3.1
Menjelaskan pengertian ikhlas.
3.3.2
Membacakan dan
memahami makna yang terkandung dalam surah-surah tentang ikhlas.
4.3.3
Mencontohkan kisah
tentang ikhlas
4.3.4
Menyebutkan dampak
positif ikhlas
Tujuan Pembelajaran:
1.
Siswa dapat menjelaskan pengertian ikhlas.
2.
Siswa dapat membacakan dan
mengetahui makna yang terkandung dalam surat tentang ikhlas.
3.
Siswa dapat menyebut kandampak positif ikhlas.
4.
Siswa dapat mencontohkan kisah tentang taat ikhlas
Materi
Pembelajaran :
1.
Pengertian ikhlas
a.
Pengertian Ikhlas
Secara bahasa ikhlas artinya bersih dari kotoran. Sedangkan menurut istilah
ikhlas adalah niat mengharap ridha allah
semata dalam beramal sebagai wujud menjalankan ketaatan kepada allah
dalam kehidupan dan dalam semua aspek.
2. Surat-surat
al-Qur’an tentang ikhlas.
a.
Surah
al-Qur’an yang menerangkan tentang ikhlas
Ù‚ُÙ„ْ Ø¥ِÙ†َّ صَلاتِÙŠ
ÙˆَÙ†ُسُÙƒِÙŠ ÙˆَÙ…َØْÙŠَايَ ÙˆَÙ…َÙ…َاتِÙŠ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِينَ
Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya
sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
( QS Al- An’am ayat 162 )
3. Dampak positif ikhlas.
a.
Dampak positif beramal secara ikhlas
Dampak positif orang yang memiliki sifat ikhlas yaitu
sebagai berikut:
1.
Memperoleh kepuasan batin
2.
Merasa senang
3.
Dapat menjaga kerutinan dam bentu
berbuat baik.
Metode
Pembelajaran :
1.
Pendekatan : saintifik
2.
Model : contekstual teaching
and learning
3.
Metode :Ceramah, Tanya jawab,
Kisah, pemberian tugas
Sumber/
Bahan/ Alat :
1.
Sumber
-
Al-Qur’an
dan terjemahannya.
-
buku cetak siswa
-
RPP
Akidah Akhlak
2.
Bahan
- Papan Tulis
- Spidol
Pertemuan
ke-1
Langkah-Langkah :
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1.
|
Pendahuluan
a.
Guru
memberi salam ketika memasuki kelas setelah itu Guru menyuruh siswa membaca doa
b.
Guru menanyakan
kabar siswa
c. Guru menanyakan tentang materi
pelajaran yang telah di pelajari pada pertemuan sebelumya dan menghubungkan
dengan materi yang akan di pelajari
|
5 menit
|
2.
|
Kegiatan Inti
a. Mengamati
1. Siswa menyimak penjelasan
guru tentang pengertian ikhlas
b. Menanya
1.
Dengan bimbingan dan motivasi guru peserta didik mengajukan pertanyaan
terkait dengan materi pelajaran yang belum dimengerti mengunakan metode Tanya jawab
c. Exsplorasi
1. Peserta didik memikirkan
jawaban dari pertanyaan dari temannya, guru materi tentang taat dan ikhlas
2. Peserta didik berdiskusi
tentang materi ikhlas
d. Mengasosiasi
1.
Setiap individu/ kelompok ditugaskan untuk menulis hasil diskusi
tentang contoh ikhlas
e. Mengkomunikasikan
1.
Menyampaikan hasil diskusi tentang contoh orang yang taat dan ikhlas
2.
Siswa membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru
|
15 menit
|
3.
|
Penutup
a.
Guru
memberikan kesimpulan.
b.
Guru
memberikan refleksi / Tugas kepada siswa
|
5 menit
|
Penilaian
Hasil Pembelajaran
1.
Penilaian Pengetahuan
Indikator/ Tujuan
pembelajaran
|
Jenis penilaian
|
Bentuk penilaian
|
Instrumen
|
Skor
|
a.
Menjelaskan
pengertian ikhlas
|
Tes Lisan
|
Tes Uraian
|
a. Jelaskan pengertian ikhlas
|
20
|
b. Sebutkan jenis ikhlas
|
Tes lisan
|
Tes Uraian
|
a.
Sebutkan
jenis-jenis ikhlas
|
20
|
c. Menyebutkan dampak positif ikhlas
|
Tes Lisan
|
Tes Uraian
|
a.
Sebutkan
dampak positif orang yang ikhlas
|
30
|
d. Mencontohkan kisah tentang ikhlas
|
Tes Lisan
|
Tes Uraian
|
a.
Contohkan
kisah tentang ikhlas
|
30
|
2. Pengamatan sikap
No
|
Nama Siswa
|
AKTIFITAS
|
|
||||||||||||||||
Kerjasama
|
Keaktifan
|
Kepedulian
Kesantun
|
Inisiatif
|
Skor
|
|||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|||
1
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
2
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
3
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
4
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
5
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
Mata Pelajaran :
Akidah akhlak
Kelas/ Semester :
VII/1
Tahun ajaran :
2018/ 2019
Sikap yang
diintegrasikan dan dikembangkan oleh peserta didik baik secara individu/
kelompok diskusi adalah Kerjasama, Keaktifan, Kepedulian Kesantunan, dan Inisiatif
Pedoman Penilaian:
1
: Kurang
2
: Cukup
3
: Baik
4
: Sangat baik
3.
penilaian
keterampilan
1.
No
|
Sikap yang diamati
|
Melakukan
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Masuk kelas tepat waktu
|
||
2
|
Mengumpulkan tugas tepat waktu
|
||
3
|
Memakai seragam sesuai tata tertib
|
||
4
|
Mengerjakan tugas yang diberikan
|
||
5
|
Tertib dalam mengikuti pembelajaran
|
||
6
|
Mengikuti kegiatan praktik sesuai dengan langkah yang ditetapkan
|
||
7
|
Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
|
||
8
|
Membawa buku teks mata pelajaran
|
||
Jumlah
|
Petunjuk Penskoran
:
Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban
TIDAK diberi skor 0
Kriteria Nilai :
Sangat Baik : apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00
Baik :
apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup :
apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33
Kurang :
apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
Mengetahui,
Palembang, November 2018
Mengetahui,
kepala sekolah
Izzudin, S.Ag
|
Guru mata pelajaran
Ita Deska Andriani
|
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa,manajemen pendidikan karakter, (JAKARTA:BUMI
AKSAR, 2012), hlm. 176
Ramayulis, metodelogi pendidikan agama Islam, Jakarta: KALAM
MULIA, 2012.
Trianto, mendesain model pembelajaran, inovatif-progresif
konsep, layanan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan,
Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2012.
sanjaya wina, pembelajaran dan implementasi kurikulum berbasis
kompetensi, Jakarta: PRENAMEDIA
GROUP, 2015.
Rusman, model-model pembelajaran, Jakarta: RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2014.
Sukard Ismail ,
model-model pembelajaran modern:bekal untuk guru profesional, Palemibang: NOER FIKRI OFFSET, 2015.
[1]
Ramayulis,
metodelogi pendidikan agama Islam, Jakarta:KALAM MULIA, 2012, hlm 253
[3]
Trianto, mendesain
model pembelajaran, inovatif-progresif konsep, layanan, dan implementasinya
pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, Jakarta:PRENADA MEDIA GROUP, 2012,
hlm104-105.
[5]
Wina Sanjaya, pembelajaran
dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi, (Jakarta: PRENADAMEDIA
GROUP, 2015), hlm. 109.
[6] Ismail
Sukardi, model-model pembelajaran modern:bekal untuk guru profesional, Palembang:
NOER FIKRI OFFSET, 2015, hlm 173.
[7] E. Mulyasa,manajemen
pendidikan karakter, (JAKARTA:BUMI AKSAR, 2012), hlm. 176
[8]Wina Sanjaya, pembelajaran
dan implementasi kurikulum berbasis kompetensi, Jakarta:PRENAMEDIA GROUP, 2015.
hlm 109.
[9] ibid
[11]
ibid
[12]
Rusman, model-model
pembelajaran, Jakarta:RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014, hlm192.
[13] Ibid
No comments:
Post a Comment