Thursday, December 20, 2018

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru dan anak didik


PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
(Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru dan anak didik)

Description: unduhan.jpg

Di Susun Oleh:
Khoirudin           (1652100133)
  
Dosen Pengampuh: Syarnubi, M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting karena guru bertugas untuk membangun manusia itu sendiri .dalam kegiatan pembelajaran disekolah, guru akan berhadapn dengan karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempu kegiatan belajarnya secara lancar dan tanpa mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujun.[1] Dimana di dalam kesulitan ini ada beberapa faktor-faktor yang bisa mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, baik itu faktor dari guru nya maupun faktor dari siswa itu senidiri.
Maka dari itu di dalam penulisan ini penulis akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kegiaatan proses belajar mengajar (KBM) yang meliputi guru dan siswa itu sendiri, guna untuk tercapainya suatu proses pembelajaran yang kita inginkan kita harus terlebih dahulu mengetahui berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar (KBM).
B.     Rumusan masalah
1.      Pengertian kegiatan belajar mengajar?
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru?
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengertian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Belajar adalah aktivitas untuk menerima, menanggapi dan menganalisa bahan-bahan yang dipelajari. Seseorang dikatakan belajar apabila ia mengalami proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menurut Slameto, belajar adalah proses yang dilalui untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan[2].
Pembelajaran secara sederhana adalah bagaimana membelajarkan peserta didik, yaitu upaya guru untuk mengorganisir dan mengkondisikan suatu situasi tertentu sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar. Pendidik bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi salah satu sumber belajar. Sumber belajar bagi peserta didik, di samping pendidik, juga bisa berupa teman sejawat, buku, lingkungan, media massa, dan lain-lain. Peserta didik didorong dan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk berpikir, berbicara dan berbuat sesuai dengan materi pelajaran yang diikutinya. Pendidik adalah fasilitator pembelajaran, yang memfasilitasi belajar peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan, dengan berbagai strategi pembelajaran yang tepat[3].
Mengajar adalah suatu aktivitas yang melekat pada proses pembelajaran, khususnya dalam lingkup pendidikan formal. Mengajar, adalah kata kunci yang sangat mempengaruhi keberhasilan sebuah proses pendidikan. Awalnya, pengajaran dikembangkan secara pasif, yakni guru menerangkan, murid mendengarkan; guru mendiktekan, murid mencatat; guru bertanya, murid menjawab; dan seterusnya. Model ini oleh Paulo Freire disebut sebagai model deposito, dimana guru berperan sebagai deposan yang mendepositokan  pengetahuan serta berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya menerima,  mencatat, dan menyimpan semua yang disampaikan guru. Model ini oleh Muska Mosston, disebut juga dengan istilah gaya komando, yang mengembangkan prinsip distribusi sebuah keputusan harus dilakukan secara herarkis, dari atas ke bawah, dari guru pada siswa[4].
Kegiatan belajar merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan sangat tergantung kepada bagaimana proses belajar berlangsung. Setelah proses belajar berlangsung, maka diadakan evaluasi untuk melihat hasil dari proses belajar. Hasil yang dicapai setelah melakukan proses belajar disebut dengan prestasi belajar[5].
Jadi pada umum nya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang di lakukan seorang guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang di harapkan, baik itu berupa pentransferan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan lain sebagainya.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar meliputi Anak didik.
1.      Faktor-faktor Stimuli Belajar
Yang di maksud dengan stimuli belajar disini yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus di terima atau dipelajari oleh si pelajar.[6]
Berikut ini bebrapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimuli belajar.[7]
a.       Panjangnya Bahan Pelajaran
semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajrinya. Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Kesulitan belajar individu itu tidak lebih berhubungan dengan faktor kelelahan serta kejemuan si pelajar dalam mengahadapi atau mengajerjakan bahan yang banyak itu.
Dengan bahan yang terlalu panjang atau banyak, hal ini membutuhkan waktu yang panjang pula dalam mempelajarinya. Panjangnya waktu belajar juga dapat menimbulkan beberapa “Interferensi” atas bagian-bagian meteri dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antar kesan lama dan kesan baru.
b.      Kesulitan bahan Pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan pelajar. Makin sulit sesuatu bahan pelajaran, makin lamabtlah orang mempelajarinya. Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepatlah orang dalam mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mengurangi intensif belajar seorang.
c.       Berartinya bahan pelajaran
Belajar memerlikan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar diwaktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini menentukan keberartian dari bahan yang dipelajarinya di waktu sekaran. Bahan yang berarti adalah yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya.


d.      Berat-Ringannya Tugas
Menegenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya berbedabagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula, berat ringanya suatu tugas berhubungan dengan usia individu. Ini berarti, bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas individu yang bersangkutan.
Dapat dibuktikan, bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terllu berat atau sukar membuat individu jera untuk belajar.
2.      Faktor-faktor Individual
Faktor-faktor individual  sangatlah besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang adapun faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:[8]
1)      Kematangan
Kecamatangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dan di barengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut. Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan perkembangannya fungsi-fungsi otak dan sistem saraf, hal ini akan memberikan kapasitas mental seorang dan mempengaruhi hal belajar seseorang itu.
2)      Faktor Usia Kronologis
Pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua adalah lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebuh mampu mengantarkan energi dan perhatiannya dalam waktu lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik daripada anak yang lebih mudah. Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan belajar individu.

3)      Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi hal belajar yang bersangkutan, terutama pada transper belajarnya. Hal ini terbukti, bahwa anak-anak yang berasal dari kelas-kelas sosial menengah dan tinggi mempunyai keuntungan dalam belajar di sekolah sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya.
3.      Faktor Internal Dan Eksternal
a.       Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar individu dan juga hasil dari proses belajar.[9]
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor Fisiologis dan faktor Psikologis sebagai berikut.[10]
1)      Faktor Fisiologis
Faktor fisikologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Keadaan fisiologis dibagi menjadi dua keadaan.
a)      keadaan jasmani
Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b)      keadaan fungsi jasmani
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
2)      Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.
a)      Kecerdasan siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
b)      Bakat siswa
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau kemampuan merupakan potensi yang dimiliki setiap individu yang menguasai suatu bidang atau keahlian tertentu. Dan apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu.
c)   Minat Siswa
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek. Jadi minat adalah suatu kecendrungan yang dimiliki seorang perserta didik dalam belajar dikarenakan suatu objek atau pelajaran yang disenanginya.


d)  Motivasi
Motivasi adalah kondisi dimana ada sesuatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan atau kebutuhan.
e)   Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan waktu belajar selingan istirahat.
Menurut Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
f)    Rasa percaya diri
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian (perwujudan diri) yang diakui oleh guru dan teman-temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri.
 Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.

b.      Faktor Eksternal dalam Belajar Mengajar.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar dari luar.[11]
Faktor-faktor eksternal ini terbagi menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial sebagai berikut.[12]
a)      Lingkungan Sosial
Faktor yang termasut lingkungan sosial ada tiga lingkungan sosial keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah. 
1)      Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktifitas belajar dengan baik serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya seseorang perserta didik.
2)      Lingkungan sosial masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, tempat tinggal perserta didik dan teman-teman perserta didik bisa mempengaruhi proses belajar mengajar apabila lingkungan perserta didik kurang baik.
3)      Lingkungan sosial sekolah
Lingkungan sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar apabila tempat belajar berdekatan dengan keramaian seperti didekat jalan raya atau pun didekat pasar suasana yang berisik akan mengganggu konsentrasi anak didik dalam proses belajar. 
b)      Lingkungan non sosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkung­an nonsosial adalah
1)      Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak terlalu lemah atau gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa­kan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
2)      Faktor instrumental
Perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam:
a.       Hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang­an olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
b.      Software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru
salah satu bentuk keberhasilan dari proses belajar mengajar ialah karna didukungnnya kondisi guru yang baik, diantaranya adalah baik itu dari kesehatan, ekonomi, hubungan sosial dan lain sebagainya. Dibawah ini kami akan membahas tentang faktor-faktor yang mepengaruhi guru dalam proses belajar mengajar diantara nya ialah:[13]
1.      Karena faktor kesehatan (baik jasmani, maupun rohani)
Salah satu sebab ialah karena kesahatan. Jabatan guru berbeda dari jabatan lain. Guru di rumah masi berfikir terhadap keadaan siswanya disekolah,baik itu yang bodoh, yang nakal dan lain sebagainya. Pengaruh pikiran ini menganggu guru sehingga wajah guru sering pudar. Di samping itu gaji yang tidak mencukupi juga memberi pengaruh terhadap kesehatan tubuhnya.
2.      Karena faktor ekonomi
Apabila seorang terpenuhi kebutuhan keuangan rumah tangganya maka ia akan lebih merasa aman, tenang, dan memiliki hubungan-hubungan sosial dengan orang lain. Tetapi bila mana ekonomi rumah tangganya tidak terpenuhi, maka guru tidak akan tenang bekerja. Kebanyakan kondisi kerja guru terganggu oleh karena gaji yang tidak mencukupi. Karena gaji tidak mencukupi guru harus bekerja di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tugas luar ini menyebabkan guru tidak dapat bekerja dengan penuh tanggung jawab. Karena keuangan rumah tangga terganggu maka guru-guru akan mengalami keadaan jiwa yang tidak tenang. Banyak peristiwa-peristiwa yang menimbulkan masalah dalam melaksanakan tugasnya.
3.      Karena faktor sosial guru di masyarakat
Menurut Myron Liberman di dalam Sahertian, Masyarakat ini sekarang mengukur status soaial dari segi uang dan harta. Seseorang mempunyai satus soaial tinggi atau orang kaya atau punya kedudukan. Guru termasuk kelompok orang yang gajinya kecil. Masyarakat tidak melihat guru sebagai jabatan terhormat lagi, tetapi sebagai penjual ilmu. Akibatnya guru dipandang rendah oleh masyarakat.
Seorang sosiolog pendidikan mengadakan perbandingan tentang status sosial guru, dokter, dan pengacara. Di bawah ini akan emnjelaskan emngapa guru di anggap rendah dari ketiga jabatan di atas.
a)      Peran guru kurang penting. Kurang penting sebab masyarakat kurang menghargai guru sebab gajinya kecil.
b)      Mengajar adalah pekerjaan tetap dan rutin serta sesuatu kebutuhan biasa saja, sedangkan dokter atau pengacara pada saat tertentu sangat diperlukan secara cepat dan tiab-tiba. Keperluan tiba-tiba ini memberikan prestasi  sosial dan penghargaan khusus, karena mereka punya keterampilan khusus secara yang secara khusus diperlukan masyarakat.
c)      Guru kalau berhubungan dengan pesrta didik untuk jangka waktu lama, sedangkan dokter atau pengacara berhubungan karena adanya kebutuhan yang harus diselesaikan.
d)     Sebab masyarakat kita telah menuju kepada penghargaan terhadap keahlian khusus. Maka orang lebih banyak menaruh penghargaan pada keahlin khusus.
Berdasarkan pandangan masyarakat yang meilihat guru sebagai jabatan yang kurang menarikm maka kedudukan sebagai guru-guru rendah dalam masyarakat. Kebanyakan masalah pribadi timbul oleh karena rasa aman. Pengarih psikologis besar sekali terhadap reaksi emosinya. Akibatnya moral kerja guru-guru rendah, bila kebutuhan psikologis tidak terpenuhi maka ia akan meperlihatkan tanda-tanda bahwa orang itu punya perosalan pribadi.[14]
Tanda-tanda bahwa seorang guru punya persoalan pribadi, antara lain:[15]
(1)   Bila di sekolah guru duduk dengan tidak tenang, berbicara atau mengajar dengan tidak tenang, malah sering marah-marah terhadap murid atau orang lain.
(2)   Bila seorang guru dalam keadaan sehari-hari aktif gembira tapi tiba-tiba diam.
(3)   Bila guru selalu mengalami ketegangan dengan murid atau dengan rekan guru atau kepala sekolah.
(4)   Bila guru sedang menyimpan tugasnya selalu salah menulis atau waktu mengajar selalu salah mengucapkan sesuatu.
(5)   Bila menceritakan selalu dengan nada yang sama tentang seseorang atau suatu masalah tertentu. Misalnya, selalu membicarakan uang gaji yang tidak cukup.
(6)   Bila dalam rapat ia tidak dapt menunggu orang lain berbicara terlalu lama dan sering mengadakan interupsi.
(7)   Bila seoang guru semula suka bergaul dan tiba-tiba mengasingkan diri.
4.      Gender
Faktor gender cukup berpengaruh dalan proses pembelajaran. Setidaknya bagi negara-negara timur masih sangat mempertimbangkan etika prilaku antara laki-laki dan perempuan. Kultur budaya ini kemudian terurut membentuk kepribadian yang berbeda antara kaum laki-laki dan perempuan.[16]
Dalam hal ini Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad, menerangkan beberapa hasil penelitian tentang pengaruh gender dalam proses pembelajaran, diantranya:[17]
a)      Guru Laki-laki
1)      Tampil lebih dominan dan bersifat otoriter
2)      Kelas lebih menjadi terorganisir, teratur dan lebih berorientasi pada tugas
3)      Cenderung menerapkan hukuman agresif kepada siswa laki-laki

b)      Guru Perempuan
1)  situasi kelas lebih hangat, bersifat mengasuh dan lebih toleran      terhadap perilaku siswa yang salah
2)   cenderung lebih lembut dan banyak memuji siswa
3)  siswa cenderung lebih banyak bertanya dan berani memberi jawaban meski salah satu atau karena sengaja disalahkan
Jadi pada pelaksanaannya guru perempuan cenderung lebih memperhatikan siswa laki-laki dari pada perempuan, guru tersebut lebih memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap kesalahan siswa laki-laki, begitu sebalinya. Apresiasi yang lebih tinggipun diberikan oleh guru terhadap siswa yang berlawanan gender. Namun kondisi ini tidak mutlak terjadi di semua tempat.
5.      Usia
Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad, telah merangkum beberapa hasil penelitian tentang pengaruh usia dalam proses pembelajaran, di antaranya:[18]
a)      Guru-guru pemula cenderung lebih mudah menerima inovasi dan perubahan dan cenderung lebih bersedia menambah wawasan pembelajaran.
b)      Guru-guru pemula cenderung lebih memperhatikan perilaku mengendalikan dan otoriter.
c)      Guru-guru yang berpengalaman mengajarnya kurang dari tiga tahun cenderung kurang efektif dalam negajar.
d)     Guru-guru berusia mudah dan memiliki pengalaman mengajar, pada umunya memilki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari guru yang usianya lebih tua dan lebih berpengalaman.
e)      Guru-guru yang berusia lebih muda dan tidak berpengalaman cenderung lebih memperhatikan dimensi pribadi dan sosial dalam pengajaran daripada aspek akademis.
f)       Banyak guru pemula yang hilang kepercayaan dirinya ketika menghadapi dinamika kelas. Hal ini terjadi ketiak idealisme para guru muda dihadapkan pada kenyataan di dlapangan.
Di negara kita ini, terkhususnya Indonesia. Setidaknya faktor usia guru berpengaruh dalam penggunann teknologi dalam proses pembelajaran, meskipun tidak selalu, rata-rata  guru yang berusia tua masih menggunakan cara mengajar yang lama, yaitu dengan metode ceramah dan kurang memanfaatkan teknolgi,  baik audio maupun visual. Beda dengan guru-guru muda karena dibesarkan pada zaman melekteknologi sehingga mampu menyesuaikan diri dengan pemanfaatan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran.
6.      Kepribadian
Faktor kepribadian yang dimiliki seorang guru sangat berpengaruh dalam pengajaran yang di lakukannya. Kepribadian yang dimaksud mencakup totalitas karakter dan sikap khas pada diri seseorang. Dapat kita bayangkan bagaiman ketika seorang guru yang periang mengajar di kelas yang anak-anak nya juga periang. Atau sebaliknya, guru yang tidak banyak bicara mengajar dikelas yang rata-rata siswanya pendiam.[19]
Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad, telah merangkum berbagai penelitian terkait pengaruh kepribadian dalam proses pemebelajaran, diantaranya:[20]
a)      Sifat-sifat kepribadian tertentu berkaitan dengan kepuasan dalam mengajar, perasaan dan perilaku di ruang kelas.
b)      Teliti, terbuka, terbebas dari rasa cemas atau takut termasuk sifat baik yang seyogyanya dimiliki seorang guru.
c)      Guru lebih berorientasi kepada orang dari pada subjek penelitian lain yang bekerja selain di bidang guru.
d)     Peserta didik dalam mata kuliah pendidikan lebih mengedepankan nilai serya komitmen terhadap orang lain serta relasi pribadi daripada siswa mata kuliah non kependidikan.
e)      Guru cenderung leih tertarik membangun dan menjaga relasi pelayanan dari pada tingkat penghasilan mereka.
Jika mempunyai tekad yang kuat untuk menjadi seorang guru dan masuk kedalam program pendidikan, maka dari lulusan program pendidikan tersebut akan lebih cakap dalam engajar. Karena apa yang ia cita-citakan dan ia pelajari di bangku kuliah, sangat erat kaitannya dengan pengajaran yang akan ia lakukan.
7.      Motiviasi
Motivasi guru dapat menjadika proses pembelajaran yang mereka lakukan terasa lebih hidup atau bahkan mungkin sebaliknya. Motivasi yang penulis maksud adalah mencakup keyakinan dan kepercayaan guru kepada siswa-siswanya. Seperti beberapa penelitian Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad berikut ini:[21]
a)      Para guru cenderung berprilaku berdasarkan kepercayaan mereka.
b)      Para guru secara umum percaya bahwa anak-anak dengan tingkat sosial-ekonomi rendah memilki masa depan yang kurang cerah.
c)      Para guru dalam komunitas miskin percaya bahwa jika iklim sekolah kurang positif dan kurang menstimulasi siswa, maka siswa tersebut akan memilki kemampuan yang rendah.
d)     Guru-guru yang percaya bahwa siswa mampu belajar, maka guru tersebut akan memberikan penjelasan yang memadai.
e)      Guru-guru yang yakin terhadap prestasi siswanya akan cenderung memilki siswa yang banyak belajar dan membaca.
Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa motivasi yang ada pada diri setiap guru akan membuat cara mengajar guru tersebut ikut terpengaruh. Jika dalam keyainan seorang guru tersebut percaya didiri maka yang akan di hasilkannnya adalah siswa yang ia ajar tidak akan membosankan dalam menerim sebuah pembelajaran, dengan demikian pembelajaran yang akan di dapatakan akan memperoleh sebuah penyampaian yang akan diinginkan.















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Di dalam sebuah pencapain proses pembelajaran, kita terlebih dahulu mengetahui kendala yang bisa menghambat dari proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu kita sebagai pendidik atau calon pendidik terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi kegiatan belajar mengajar baik itu meliputi guru ataupun peserta didik.
Di dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi anak didik diantaranya:
1.      Faktor-faktor stimuli belajar
2.      Faktor-faktor individual
Selain itu juga sebagai calon guru haris juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru di antaranya:
1.      Faktor kesehatan baik itu jasmani maupun rohani
2.      Faktor ekonomi
3.      Faktor sosial di masyarakat
4.      Faktor gender
5.      Faktor usia
6.      Faktor kepribadian, dan
7.      Faktor motivasi bagi guru itu sendiri
Inilah beberapa faktor yang bisa mempengaruhi dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar baik itu meliputi seorang guru maupun peserta didik. Inilah salah satu tujuan dari mengetahui beberapa faktor-faktor tersebut, untuk memberikan suatu proses pembelajarn yang sesuai yang diinginkan.    
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmansyah, Ismail Sukardi,  Nyayu Soraya., “Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI FITK UIN Raden Fatah Palembang Angkatan 2014  Dalam Mata Kuliah Bahasa Arab”. Tadrib. 2017. Vol. III, No.1.
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta,  2010).
Fuji93 Septian, “Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Mata Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS MAN I Pekalongan”, Tadib: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2014 Vol . XIX NO. 01, hlm. 20- 21
Mawardi., “Mengajar Yang Membelajarkan”. Jurnal Ilmiah Didaktika. 2012.  Vol. XIII, No. 1.
Muhammad Nur Heronimus dan, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2. No 1 Desember 2016, yang berjudul, Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kota Tambaloka, di akses pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 05,30 WIB.
Rafid Rahmad,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar” , Ta’dib Jurnal Pendidikan Islam, 2014, Vol. XIX, No. 01.
Rohmad Yudi, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, di akses pada tanggal 11 Oktober 2018, pukul 22,00 Wib.
Soemanto Warty, Psikologi Pendidikan, (jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).
Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000).
Soleh Ahmad, Pramono dan Suratno., “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa Kelas 2 Tmo Smk Texmaco Semarang Pada Mata Diklat Service Engine Dan Komponen-Komponennya”. Jurnal PTM. 2009.  Vol. 09, NO. 2.
Wahab Rohmalina, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2015).





[1] Heronimus dan Muhammad Nur, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2. No 1 Desember 2016, yang berjudul, Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kota Tambaloka, di akses pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 05,30 WIB.
[2] Abdurahmansyah, Ismail Sukardi,  Nyayu Soraya., “Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI FITK UIN Raden Fatah Palembang Angkatan 2014  Dalam Mata Kuliah Bahasa Arab”. Tadrib. 2017. Vol. III, No.1. hal.3.
[3] Ahmad Soleh, Pramono dan Suratno., “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Siswa Kelas 2 Tmo Smk Texmaco Semarang Pada Mata Diklat Service Engine Dan Komponen-Komponennya”. Jurnal PTM. 2009.  Vol. 09, NO. 2, hal. 58.
[4] Mawardi., “Mengajar Yang Membelajarkan”. Jurnal Ilmiah Didaktika. 2012.  Vol. XIII, No. 1, hal. 42.
[5] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta,  2010),  hal 106.
[6] Warty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 113.
[7] Warty Soemanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 114-115.
[8] Warty Soemanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 119-120.
[9] Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2015) hlm. 26
[10] Rahmad Rafid,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar” , Ta’dib Jurnal Pendidikan Islam, 2014, Vol. XIX, No. 01, hlm. 02- 05
[11] Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar..,hlm
[12]Septian  fuji93, “Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Mata Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS MAN I Pekalongan”, Tadib: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2014 Vol . XIX NO. 01, hlm. 20- 21
[13] Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000). Hlm. 152-153.
[14] Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusi. Hlm. 154.
[15] Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusi. Hlm. 154.
[16] Yudi Rohmad, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, di akses pada tanggal 11 Oktober 2018, pukul 22,00 Wib. hlm. 4.
[17] Yudi Rohmad, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 4.
[18] Yudi Rohmad, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 5.
[19] Yudi Rohmad, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 5.
[20] Yudi Rohmad, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 6.
[21] Yudi Rohmad, di dalam academica.com, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 7.

No comments:

Post a Comment

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI

Langkah-langkah Pengembangan Metode Pembelajaran PAI      Disusun oleh Laili Hernita         (1652100137)               ...