PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
(Faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru dan anak didik)
Di Susun Oleh:
Khoirudin (1652100133)
Dosen Pengampuh: Syarnubi, M.Pd.I
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
dalam usaha membangun manusia
Indonesia seutuhnya, faktor guru atau pendidik sangatlah penting karena guru
bertugas untuk membangun manusia itu sendiri .dalam kegiatan pembelajaran
disekolah, guru akan berhadapn dengan karakteristik siswa yang beraneka ragam.
Ada siswa yang dapat menempu kegiatan belajarnya secara lancar dan tanpa
mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru
dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Pada umumnya kesulitan
merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
dalam kegiatan mencapai tujun.[1] Dimana
di dalam kesulitan ini ada beberapa faktor-faktor yang bisa mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar, baik itu faktor dari guru nya maupun faktor dari siswa
itu senidiri.
Maka dari itu di dalam
penulisan ini penulis akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kegiaatan
proses belajar mengajar (KBM) yang meliputi guru dan siswa itu sendiri, guna
untuk tercapainya suatu proses pembelajaran yang kita inginkan kita harus
terlebih dahulu mengetahui berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar (KBM).
B.
Rumusan masalah
1.
Pengertian kegiatan
belajar mengajar?
2.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi guru?
3.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM)
Belajar
adalah aktivitas untuk menerima, menanggapi dan menganalisa bahan-bahan yang
dipelajari. Seseorang dikatakan belajar apabila ia mengalami proses yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menurut Slameto, belajar adalah proses
yang dilalui untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil
pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan[2].
Pembelajaran
secara sederhana adalah bagaimana membelajarkan peserta didik, yaitu upaya guru
untuk mengorganisir dan mengkondisikan suatu situasi tertentu sehingga peserta
didik termotivasi untuk belajar. Pendidik bukan satu-satunya sumber belajar,
tetapi salah satu sumber belajar. Sumber belajar bagi peserta didik, di samping
pendidik, juga bisa berupa teman sejawat, buku, lingkungan, media massa, dan
lain-lain. Peserta didik didorong dan diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
berpikir, berbicara dan berbuat sesuai dengan materi pelajaran yang diikutinya.
Pendidik adalah fasilitator pembelajaran, yang memfasilitasi belajar peserta
didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan, dengan berbagai strategi
pembelajaran yang tepat[3].
Mengajar
adalah suatu aktivitas yang melekat pada proses pembelajaran, khususnya dalam
lingkup pendidikan formal. Mengajar, adalah kata kunci yang sangat mempengaruhi
keberhasilan sebuah proses pendidikan. Awalnya, pengajaran dikembangkan secara
pasif, yakni guru menerangkan, murid mendengarkan; guru mendiktekan, murid
mencatat; guru bertanya, murid menjawab; dan seterusnya. Model ini oleh Paulo
Freire disebut sebagai model deposito, dimana guru berperan sebagai deposan
yang mendepositokan pengetahuan serta
berbagai pengalamannya pada siswa, siswa hanya menerima, mencatat, dan menyimpan semua yang
disampaikan guru. Model ini oleh Muska Mosston, disebut juga dengan istilah
gaya komando, yang mengembangkan prinsip distribusi sebuah keputusan harus
dilakukan secara herarkis, dari atas ke bawah, dari guru pada siswa[4].
Kegiatan
belajar merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan sangat tergantung kepada bagaimana
proses belajar berlangsung. Setelah proses belajar berlangsung, maka diadakan
evaluasi untuk melihat hasil dari proses belajar. Hasil yang dicapai setelah
melakukan proses belajar disebut dengan prestasi belajar[5].
Jadi pada umum
nya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang di lakukan seorang
guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang di harapkan, baik itu berupa
pentransferan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan lain sebagainya.
B.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar meliputi
Anak didik.
1.
Faktor-faktor
Stimuli Belajar
Yang di maksud dengan stimuli
belajar disini yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu untuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup
materil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus di terima
atau dipelajari oleh si pelajar.[6]
Berikut ini bebrapa hal yang berhubungan dengan
faktor-faktor stimuli belajar.[7]
a.
Panjangnya Bahan
Pelajaran
semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula
waktu yang diperlukan oleh individu untuk mempelajrinya. Bahan yang terlalu
panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar.
Kesulitan belajar individu itu tidak lebih berhubungan dengan faktor kelelahan
serta kejemuan si pelajar dalam mengahadapi atau mengajerjakan bahan yang
banyak itu.
Dengan bahan yang terlalu panjang atau banyak, hal ini
membutuhkan waktu yang panjang pula dalam mempelajarinya. Panjangnya waktu
belajar juga dapat menimbulkan beberapa “Interferensi”
atas bagian-bagian meteri dipelajari. Interferensi dapat diartikan sebagai
gangguan kesan ingatan akibat terjadinya pertukaran reproduksi antar kesan lama
dan kesan baru.
b.
Kesulitan bahan
Pelajaran
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan
yang berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan pelajar.
Makin sulit sesuatu bahan pelajaran, makin lamabtlah orang mempelajarinya.
Sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran, makin cepatlah orang dalam
mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih
intensif, sedangkan bahan yang sederhana mengurangi intensif belajar seorang.
c.
Berartinya bahan
pelajaran
Belajar memerlikan modal pengalaman yang diperoleh dari
belajar diwaktu sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan
bahasa, pengetahuan, dan prinsip-prinsip. Modal pengalaman ini menentukan
keberartian dari bahan yang dipelajarinya di waktu sekaran. Bahan yang berarti
adalah yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan individu untuk
belajar, karena individu dapat mengenalnya.
d.
Berat-Ringannya
Tugas
Menegenai berat atau ringannya suatu tugas, hal ini erat
hubungannya dengan tingkat kemampuan individu. Tugas yang sama, kesukarannya
berbedabagi masing-masing individu. Hal ini disebabkan karena kapasitas
intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula, berat ringanya
suatu tugas berhubungan dengan usia individu. Ini berarti, bahwa kematangan
individu ikut menjadi indikator atas berat atau ringannya tugas individu yang
bersangkutan.
Dapat dibuktikan, bahwa tugas-tugas yang terlalu ringan
atau mudah adalah mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang
terllu berat atau sukar membuat individu jera untuk belajar.
2.
Faktor-faktor
Individual
Faktor-faktor individual
sangatlah besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang adapun
faktor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:[8]
1)
Kematangan
Kecamatangan
dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologisnya. Kematangan terjadi
akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dan di
barengi dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut.
Kematangan memberikan kondisi di mana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem
saraf dan fungsi otak menjadi berkembang. Dengan perkembangannya fungsi-fungsi
otak dan sistem saraf, hal ini akan memberikan kapasitas mental seorang dan
mempengaruhi hal belajar seseorang itu.
2)
Faktor Usia Kronologis
Pertambahan
dalam hal usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Semakin tua usia individu semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi
fisiologisnya. Anak yang lebih tua adalah lebih kuat, lebih sabar, lebih
sanggup melaksanakan tugas-tugas yang lebih berat, lebuh mampu mengantarkan
energi dan perhatiannya dalam waktu lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak
kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik daripada anak yang lebih mudah.
Usia kronologis merupakan faktor penentu daripada tingkat kemampuan belajar
individu.
3)
Pengalaman
Sebelumnya
Pengalaman
yang diperoleh oleh individu ikut mempengaruhi hal belajar yang bersangkutan,
terutama pada transper belajarnya. Hal ini terbukti, bahwa anak-anak yang
berasal dari kelas-kelas sosial menengah dan tinggi mempunyai keuntungan dalam
belajar di sekolah sebagai hasil dari pengalaman sebelumnya.
3.
Faktor Internal Dan
Eksternal
a.
Faktor Internal
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi
hasil belajar individu dan juga hasil dari proses belajar.[9]
1) Faktor
Fisiologis
Faktor fisikologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Keadaan
fisiologis dibagi menjadi dua keadaan.
a) keadaan jasmani
Keadaan jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal.
b) keadaan fungsi jasmani
Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula.
2) Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar.
a) Kecerdasan siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
b) Bakat
siswa
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau
kemampuan merupakan potensi yang dimiliki setiap individu yang menguasai suatu
bidang atau keahlian tertentu. Dan apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat
atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu
untuk melakukan tugas tertentu.
c) Minat
Siswa
Minat
adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek. Jadi minat adalah suatu kecendrungan yang dimiliki
seorang perserta didik dalam belajar dikarenakan suatu objek atau pelajaran
yang disenanginya.
d) Motivasi
Motivasi adalah kondisi dimana ada sesuatu dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan atau kebutuhan.
e) Konsentrasi
belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan waktu belajar
selingan istirahat.
Menurut
Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia
menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
f) Rasa percaya diri
Dari segi perkembangan, rasa percaya
diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar
diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian (perwujudan diri)
yang diakui oleh guru dan teman-temannya. Semakin sering berhasil menyelesaikan
tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya
rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri.
Bila rasa tidak percaya diri sangat
kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut
terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya
mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam
penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.
b. Faktor
Eksternal dalam Belajar Mengajar.
Faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar dari
luar.[11]
Faktor-faktor
eksternal ini terbagi menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan sosial dan
faktor lingkungan non sosial sebagai berikut.[12]
a)
Lingkungan Sosial
Faktor
yang termasut lingkungan sosial ada tiga lingkungan sosial keluarga,
masyarakat, dan lingkungan sekolah.
1)
Lingkungan sosial
keluarga
Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar
hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktifitas belajar dengan baik serta
cara-cara pendidikan didalam keluarga akan sangat mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya seseorang perserta didik.
2)
Lingkungan sosial
masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar, tempat tinggal perserta didik dan teman-teman perserta
didik bisa mempengaruhi proses belajar mengajar apabila lingkungan perserta
didik kurang baik.
3)
Lingkungan sosial
sekolah
Lingkungan sekolah merupakan faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar apabila tempat belajar berdekatan dengan keramaian
seperti didekat jalan raya atau pun didekat pasar suasana yang berisik akan
mengganggu konsentrasi anak didik dalam proses belajar.
b)
Lingkungan non sosial.
Faktor faktor yang termasuk
lingkungan nonsosial adalah
1)
Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak terlalu lemah atau gelap,
suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila
kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
2)
Faktor instrumental
Perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam:
a.
Hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan
olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi
syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau
jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan.
b.
Software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,
silabi, dan lain sebagainya.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
meliputi guru
salah satu bentuk
keberhasilan dari proses belajar mengajar ialah karna didukungnnya kondisi guru
yang baik, diantaranya adalah baik itu dari kesehatan, ekonomi, hubungan sosial
dan lain sebagainya. Dibawah ini kami akan membahas tentang faktor-faktor yang
mepengaruhi guru dalam proses belajar mengajar diantara nya ialah:[13]
1.
Karena faktor
kesehatan (baik jasmani, maupun rohani)
Salah satu sebab ialah karena
kesahatan. Jabatan guru berbeda dari jabatan lain. Guru di rumah masi berfikir
terhadap keadaan siswanya disekolah,baik itu yang bodoh, yang nakal dan lain
sebagainya. Pengaruh pikiran ini menganggu guru sehingga wajah guru sering
pudar. Di samping itu gaji yang tidak mencukupi juga memberi pengaruh terhadap
kesehatan tubuhnya.
2.
Karena faktor
ekonomi
Apabila seorang terpenuhi
kebutuhan keuangan rumah tangganya maka ia akan lebih merasa aman, tenang, dan
memiliki hubungan-hubungan sosial dengan orang lain. Tetapi bila mana ekonomi
rumah tangganya tidak terpenuhi, maka guru tidak akan tenang bekerja.
Kebanyakan kondisi kerja guru terganggu oleh karena gaji yang tidak mencukupi.
Karena gaji tidak mencukupi guru harus bekerja di luar sekolah untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Tugas luar ini menyebabkan guru tidak dapat bekerja
dengan penuh tanggung jawab. Karena keuangan rumah tangga terganggu maka
guru-guru akan mengalami keadaan jiwa yang tidak tenang. Banyak
peristiwa-peristiwa yang menimbulkan masalah dalam melaksanakan tugasnya.
3.
Karena faktor
sosial guru di masyarakat
Menurut Myron Liberman di dalam
Sahertian, Masyarakat ini sekarang mengukur status soaial dari segi uang dan
harta. Seseorang mempunyai satus soaial tinggi atau orang kaya atau punya
kedudukan. Guru termasuk kelompok orang yang gajinya kecil. Masyarakat tidak
melihat guru sebagai jabatan terhormat lagi, tetapi sebagai penjual ilmu.
Akibatnya guru dipandang rendah oleh masyarakat.
Seorang sosiolog pendidikan
mengadakan perbandingan tentang status sosial guru, dokter, dan pengacara. Di
bawah ini akan emnjelaskan emngapa guru di anggap rendah dari ketiga jabatan di
atas.
a)
Peran guru kurang
penting. Kurang penting sebab masyarakat kurang menghargai guru sebab gajinya
kecil.
b)
Mengajar adalah pekerjaan tetap dan rutin serta sesuatu
kebutuhan biasa saja, sedangkan dokter atau pengacara pada saat tertentu sangat
diperlukan secara cepat dan tiab-tiba. Keperluan tiba-tiba ini memberikan
prestasi sosial dan penghargaan khusus,
karena mereka punya keterampilan khusus secara yang secara khusus diperlukan
masyarakat.
c)
Guru kalau berhubungan
dengan pesrta didik untuk jangka waktu lama, sedangkan dokter atau pengacara
berhubungan karena adanya kebutuhan yang harus diselesaikan.
d)
Sebab masyarakat
kita telah menuju kepada penghargaan terhadap keahlian khusus. Maka orang lebih
banyak menaruh penghargaan pada keahlin khusus.
Berdasarkan
pandangan masyarakat yang meilihat guru sebagai jabatan yang kurang menarikm
maka kedudukan sebagai guru-guru rendah dalam masyarakat. Kebanyakan masalah
pribadi timbul oleh karena rasa aman. Pengarih psikologis besar sekali terhadap
reaksi emosinya. Akibatnya moral kerja guru-guru rendah, bila kebutuhan
psikologis tidak terpenuhi maka ia akan meperlihatkan tanda-tanda bahwa orang
itu punya perosalan pribadi.[14]
Tanda-tanda bahwa seorang guru punya persoalan pribadi,
antara lain:[15]
(1)
Bila di sekolah
guru duduk dengan tidak tenang, berbicara atau mengajar dengan tidak tenang,
malah sering marah-marah terhadap murid atau orang lain.
(2)
Bila seorang guru
dalam keadaan sehari-hari aktif gembira tapi tiba-tiba diam.
(3)
Bila guru selalu
mengalami ketegangan dengan murid atau dengan rekan guru atau kepala sekolah.
(4)
Bila guru sedang
menyimpan tugasnya selalu salah menulis atau waktu mengajar selalu salah
mengucapkan sesuatu.
(5)
Bila menceritakan
selalu dengan nada yang sama tentang seseorang atau suatu masalah tertentu.
Misalnya, selalu membicarakan uang gaji yang tidak cukup.
(6)
Bila dalam rapat ia
tidak dapt menunggu orang lain berbicara terlalu lama dan sering mengadakan
interupsi.
(7)
Bila seoang guru
semula suka bergaul dan tiba-tiba mengasingkan diri.
4.
Gender
Faktor gender cukup berpengaruh dalan proses
pembelajaran. Setidaknya bagi negara-negara timur masih sangat mempertimbangkan
etika prilaku antara laki-laki dan perempuan. Kultur budaya ini kemudian
terurut membentuk kepribadian yang berbeda antara kaum laki-laki dan perempuan.[16]
Dalam
hal ini Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad, menerangkan
beberapa hasil penelitian tentang pengaruh gender dalam proses pembelajaran,
diantranya:[17]
a)
Guru Laki-laki
1)
Tampil lebih
dominan dan bersifat otoriter
2)
Kelas lebih menjadi
terorganisir, teratur dan lebih berorientasi pada tugas
3)
Cenderung
menerapkan hukuman agresif kepada siswa laki-laki
b)
Guru Perempuan
1) situasi kelas
lebih hangat, bersifat mengasuh dan lebih toleran terhadap perilaku siswa yang salah
2) cenderung lebih lembut dan banyak memuji siswa
3) siswa cenderung
lebih banyak bertanya dan berani memberi jawaban meski salah satu atau karena
sengaja disalahkan
Jadi pada
pelaksanaannya guru perempuan cenderung lebih memperhatikan siswa laki-laki
dari pada perempuan, guru tersebut lebih memiliki toleransi yang lebih tinggi
terhadap kesalahan siswa laki-laki, begitu sebalinya. Apresiasi yang lebih
tinggipun diberikan oleh guru terhadap siswa yang berlawanan gender. Namun
kondisi ini tidak mutlak terjadi di semua tempat.
5.
Usia
Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad,
telah merangkum beberapa hasil penelitian tentang pengaruh usia dalam proses
pembelajaran, di antaranya:[18]
a)
Guru-guru pemula
cenderung lebih mudah menerima inovasi dan perubahan dan cenderung lebih
bersedia menambah wawasan pembelajaran.
b)
Guru-guru pemula
cenderung lebih memperhatikan perilaku mengendalikan dan otoriter.
c)
Guru-guru yang
berpengalaman mengajarnya kurang dari tiga tahun cenderung kurang efektif dalam
negajar.
d)
Guru-guru berusia
mudah dan memiliki pengalaman mengajar, pada umunya memilki tingkat kepuasan
yang lebih tinggi dari guru yang usianya lebih tua dan lebih berpengalaman.
e)
Guru-guru yang
berusia lebih muda dan tidak berpengalaman cenderung lebih memperhatikan
dimensi pribadi dan sosial dalam pengajaran daripada aspek akademis.
f)
Banyak guru pemula
yang hilang kepercayaan dirinya ketika menghadapi dinamika kelas. Hal ini
terjadi ketiak idealisme para guru muda dihadapkan pada kenyataan di dlapangan.
Di negara kita ini,
terkhususnya Indonesia. Setidaknya faktor usia guru berpengaruh dalam
penggunann teknologi dalam proses pembelajaran, meskipun tidak selalu,
rata-rata guru yang berusia tua masih
menggunakan cara mengajar yang lama, yaitu dengan metode ceramah dan kurang
memanfaatkan teknolgi, baik audio maupun
visual. Beda dengan guru-guru muda karena dibesarkan pada zaman melekteknologi
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan pemanfaatan teknologi untuk mendukung
proses pembelajaran.
6.
Kepribadian
Faktor kepribadian yang dimiliki seorang guru sangat
berpengaruh dalam pengajaran yang di lakukannya. Kepribadian yang dimaksud
mencakup totalitas karakter dan sikap khas pada diri seseorang. Dapat kita
bayangkan bagaiman ketika seorang guru yang periang mengajar di kelas yang
anak-anak nya juga periang. Atau sebaliknya, guru yang tidak banyak bicara
mengajar dikelas yang rata-rata siswanya pendiam.[19]
Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di dalam Yudi Rahmad,
telah merangkum berbagai penelitian terkait pengaruh kepribadian dalam proses
pemebelajaran, diantaranya:[20]
a)
Sifat-sifat
kepribadian tertentu berkaitan dengan kepuasan dalam mengajar, perasaan dan
perilaku di ruang kelas.
b)
Teliti, terbuka,
terbebas dari rasa cemas atau takut termasuk sifat baik yang seyogyanya
dimiliki seorang guru.
c)
Guru lebih
berorientasi kepada orang dari pada subjek penelitian lain yang bekerja selain
di bidang guru.
d)
Peserta didik dalam
mata kuliah pendidikan lebih mengedepankan nilai serya komitmen terhadap orang
lain serta relasi pribadi daripada siswa mata kuliah non kependidikan.
e)
Guru cenderung leih
tertarik membangun dan menjaga relasi pelayanan dari pada tingkat penghasilan
mereka.
Jika mempunyai
tekad yang kuat untuk menjadi seorang guru dan masuk kedalam program
pendidikan, maka dari lulusan program pendidikan tersebut akan lebih cakap
dalam engajar. Karena apa yang ia cita-citakan dan ia pelajari di bangku
kuliah, sangat erat kaitannya dengan pengajaran yang akan ia lakukan.
7.
Motiviasi
Motivasi guru dapat menjadika proses pembelajaran yang
mereka lakukan terasa lebih hidup atau bahkan mungkin sebaliknya. Motivasi yang
penulis maksud adalah mencakup keyakinan dan kepercayaan guru kepada
siswa-siswanya. Seperti beberapa penelitian Cruickshank, Jennkis dan Metcalf di
dalam Yudi Rahmad berikut ini:[21]
a)
Para guru cenderung
berprilaku berdasarkan kepercayaan mereka.
b)
Para guru secara
umum percaya bahwa anak-anak dengan tingkat sosial-ekonomi rendah memilki masa
depan yang kurang cerah.
c)
Para guru dalam
komunitas miskin percaya bahwa jika iklim sekolah kurang positif dan kurang
menstimulasi siswa, maka siswa tersebut akan memilki kemampuan yang rendah.
d)
Guru-guru yang
percaya bahwa siswa mampu belajar, maka guru tersebut akan memberikan
penjelasan yang memadai.
e)
Guru-guru yang
yakin terhadap prestasi siswanya akan cenderung memilki siswa yang banyak
belajar dan membaca.
Dari beberapa hasil
penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa motivasi yang ada pada diri setiap
guru akan membuat cara mengajar guru tersebut ikut terpengaruh. Jika dalam
keyainan seorang guru tersebut percaya didiri maka yang akan di hasilkannnya
adalah siswa yang ia ajar tidak akan membosankan dalam menerim sebuah
pembelajaran, dengan demikian pembelajaran yang akan di dapatakan akan
memperoleh sebuah penyampaian yang akan diinginkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam sebuah
pencapain proses pembelajaran, kita terlebih dahulu mengetahui kendala yang
bisa menghambat dari proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu kita sebagai
pendidik atau calon pendidik terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor apa saja
yang bisa mempengaruhi kegiatan belajar mengajar baik itu meliputi guru ataupun
peserta didik.
Di dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar meliputi anak didik
diantaranya:
1.
Faktor-faktor
stimuli belajar
2.
Faktor-faktor
individual
Selain itu juga
sebagai calon guru haris juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan belajar mengajar meliputi guru di antaranya:
1.
Faktor kesehatan
baik itu jasmani maupun rohani
2.
Faktor ekonomi
3.
Faktor sosial di
masyarakat
4.
Faktor gender
5.
Faktor usia
6.
Faktor kepribadian,
dan
7.
Faktor motivasi
bagi guru itu sendiri
Inilah beberapa
faktor yang bisa mempengaruhi dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar baik
itu meliputi seorang guru maupun peserta didik. Inilah salah satu tujuan dari
mengetahui beberapa faktor-faktor tersebut, untuk memberikan suatu proses
pembelajarn yang sesuai yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmansyah, Ismail Sukardi, Nyayu Soraya., “Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI FITK UIN Raden Fatah
Palembang Angkatan 2014 Dalam Mata
Kuliah Bahasa Arab”. Tadrib. 2017. Vol. III, No.1.
Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta:
Rineka Cipta, 2010).
Fuji93
Septian, “Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi
Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam Mata Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS MAN I Pekalongan”,
Tadib: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2014 Vol . XIX NO. 01, hlm. 20- 21
Mawardi.,
“Mengajar
Yang Membelajarkan”. Jurnal Ilmiah Didaktika. 2012.
Vol. XIII, No. 1.
Muhammad Nur
Heronimus dan, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2. No 1 Desember 2016, yang
berjudul, Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kota Tambaloka, di akses pada
tanggal 17 Desember 2018, pukul 05,30 WIB.
Rafid Rahmad,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar” , Ta’dib Jurnal Pendidikan Islam, 2014, Vol. XIX, No. 01.
Rohmad Yudi,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, di akses pada tanggal 11 Oktober
2018, pukul 22,00 Wib.
Soemanto Warty, Psikologi Pendidikan, (jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006).
Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000).
Soleh Ahmad, Pramono dan Suratno., “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan
Siswa Kelas 2 Tmo Smk Texmaco Semarang Pada Mata Diklat Service Engine Dan Komponen-Komponennya”. Jurnal PTM. 2009. Vol. 09, NO. 2.
Wahab
Rohmalina, Psikologi Belajar
(Jakarta: PT Rajawali Pers, 2015).
[1] Heronimus
dan Muhammad Nur, Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol 2. No 1 Desember 2016,
yang berjudul, Faktor yang Mempengaruhi
Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kota Tambaloka, di akses
pada tanggal 17 Desember 2018, pukul 05,30 WIB.
[2] Abdurahmansyah, Ismail
Sukardi, Nyayu Soraya., “Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI
FITK UIN Raden Fatah Palembang Angkatan 2014
Dalam Mata Kuliah Bahasa Arab”. Tadrib.
2017. Vol. III, No.1. hal.3.
[3] Ahmad Soleh, Pramono dan Suratno.,
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Siswa Kelas 2 Tmo Smk Texmaco Semarang Pada Mata Diklat Service Engine Dan
Komponen-Komponennya”. Jurnal PTM. 2009. Vol. 09, NO. 2, hal. 58.
[4] Mawardi., “Mengajar Yang Membelajarkan”. Jurnal Ilmiah Didaktika.
2012. Vol. XIII, No. 1, hal. 42.
[5] Syaiful Bahri
Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,
( Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal 106.
[10] Rahmad Rafid,”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar” , Ta’dib Jurnal Pendidikan Islam, 2014, Vol. XIX, No. 01, hlm. 02- 05
[12]Septian fuji93, “Analisis
Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Mata
Pelajaran Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS MAN I Pekalongan”, Tadib: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 2014 Vol . XIX NO. 01, hlm. 20- 21
[13] Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2000). Hlm. 152-153.
[14] Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusi. Hlm. 154.
[15] Suhertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusi. Hlm. 154.
[16] Yudi Rohmad,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, di akses pada tanggal 11 Oktober
2018, pukul 22,00 Wib. hlm. 4.
[17] Yudi Rohmad,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 4.
[18] Yudi Rohmad,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 5.
[19] Yudi Rohmad,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 5.
[20] Yudi Rohmad,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 6.
[21] Yudi Rohmad,
di dalam academica.com, Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Cara Guru Mengajar, hlm. 7.
No comments:
Post a Comment