BEBERPA MASALAH DALAM PENGELOLAN KELAS PENENTUAN, PEGATURAN DAN PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF
Disusun oleh:
Irfan
Kurniawan (1642100115)
Dosen
Pengampu:
SYARNUBI,
M.Pd.I
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN
AJARAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kegiatan
guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas.
Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan untuk siswa mencapai
tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana
pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan
kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar.
Kegiatan
mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi)
kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran
dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengelolaan. Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam
kegiatan atau tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan. Namun demikian,
pembedaan seperti itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi
secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Kegiatan
guru dalam kelas meliputi dua pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas
kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung mengingatkan siswa mencapai
tujuan seperti menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pembelajaran,
menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan ke pada
siswa, menilai kemjuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan
mengelola kels bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas
agar kegiatan belajar dan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan
efisien. Memberikan ganjaran dengan segera, mengembangkan aturan permainan
dalam kegiatan-kegiatan mengelola kelas.
Kegagalan
seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidak
mampuan guru mengelola kelas indikator dari kegagalan itu seperti prestasi
belajar murid rendah tidak sesuai dengan standar atau batas ukur yang di
tentukan, karna itu pengelolaan kelas merupakan kompetesi guru yang sangat
penting
Di
sini jelas bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak
bagi terciptanya proses blajar mengajar yang efektif pula. Maka dari itu
pentingnya pengelolaan kelas guna menciptakan menciptakan suasana kelas yang
kondusif demi meningkatkan kualitas pembelajaran pengelolaan kelas merupakan
tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang ada
dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaranhal ini berarti setiap guru di
tuntut secara Profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas
yang kondusif guna menunjang proses pembeajaran yang optimal menuntut kemampuan
guru untuk mengetahui, memahami, memilih dan menerapkan pendekatan yang dinilai
efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
B.
Rumusan Masalah
1. apa
pengertian dan tujuan pengelolaan pembelajaran ?
2. Apa
saja masalah dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimana
cara penataan, pegengaturan dan pengelolaan kelas yang efektif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
Istilah
pengelolaan kelas, terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Kata
pengelolaan memiliki makna yang sama dengan management dalam bahasa Inggris,
dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen. Sedangkan kelas yaitu ruangan yang
dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti
proses pembelajaran. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang terencana dan
sengaja dilakukan oleh guru, dosen (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal sehingga diharapkan proses belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran.[1]
Pengelolaan
juga disebut manajemen, manajemen adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa
latin yaitu kata manus yang berarti tangan atau da agree yang berarti mlakukan
kata-kata itu digabugkan jadi manggree yang artinya menangani[2]
Pengelolaan
kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal
mungkin untuk mendukung proses interaksi. Pengelolaan kelas merupakan
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan baik dengan
cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.[3]
Pengelolaan
kelas pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar
mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu meliputi penyiapan bahan ajar,
penyediaan sarana dan alat peraga atau media pembelajaran, mengatur ruang
belajar, menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.[4]
B. Tujuan Pengelolaan Kelas
Ada
beberapa tujuan dari pengelolaan kelas
yaitu sebagai berikut :[5]
1. Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran
3. Menyediakan
dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa
dalam kelas.
4. Membina
dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.
Pengelolaan
kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran
yaitu berkaitan dengan siswa dan barang/fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat
berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang
diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan
bahan ajar, lingkungan kelas, dan lain-lain.
Guru
dalam pendidikan dan pengajaran adalah orang yang memberikan bekal dan
membentuk siswa setelah orang tua.[6] Guru
sebagai tenaga pofesional bertugas merencaakan dan melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran melakukan pembembimbing dan pelatihan membantu
pengembangan dan pengelolaan program sekolah serarta mengembangkan
keprofesionalannya.[7]
Guru
yang Profional adalah guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola atau
mendesain kelas yaitu menyediakan iklim
(susana) yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. Apabila suasana belum kondusif maka seorang guru harus berupaya
seoptimal mungkin untuk menguasai, mengatur membenahi dan menciptakan suasana
kelas yang kondusif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
C.
Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan
pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator
kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar
atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan
kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka
keberhasilan proses belajar-mengajar.[8]
Keanekaragaman masalah perilaku siswa yang
menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas adalah :
1. Kurang kesatuan dengan adanya
kelompok-kelompok dan pertentangan
jenis kelamin.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja
kelompok.
3. Reaksi negative terhadap anggota kelompok.
4. Reaksi mentoleransi kekeliruan-kekeliruan.
5. Mudah mereaksi perilaku negative / terganggu.
6. Moral rendah, permusuhan, dan agresif.
7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan
yang berubah.
Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu
yang bersifat individual dan yang bersifat kelompok.[9]
1. Masalah yang bersifat Individual.
Penggolongan
masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga, maka dia akan bertingkah
laku menyimpang.
a. Attention
getting behaviors (pola
perilaku mencari perhatian). Seorang siswa yang gagal menemukan kedudukan dirinya
secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya
(secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain.
Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada
anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan
kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku
destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada anak-anak yang
malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
b. Pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan Tingkah
laku mencari kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih
mendalam. Pencari kekuasaan yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan
adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain
dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif
tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak
melakukan apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan
secara pasif memperlihatkan ketidakpatuhan.
c. Revenge
seeking behaviors (pola
perilaku menunjukkan balas dendam). Siswa yang menuntut balas mengalami
frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari
sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik
(mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha,
ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini
akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain yang baik
(misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini biasanya
lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut balas yang
aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif
dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
d. Helplessness
(peragaan ketidakmampuan). Siswa yang
memperlihatkan ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha
mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap
menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap
bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan
tanpa harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku
mengundurkan atau memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan
ini selalu berbentuk pasif.
2. Masalah bersifat kelompok.
Masalah
Kelompok, dikenal adanya tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan
pengelolaan kelas:
a. Kelas kurang kohesif (akrab), karena alasan
jenis kelamin, suku, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Kekurang mampuan mengikuti peraturan kelompok.
Seperti Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati
sebelumnya.
c. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok.
d. Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku
yang menyimpang.
e. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang
dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya
meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
f. Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan
tingkah laku agresif atau protes.
g. Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan
D.
Langkah-langkah dan Cara Penagulangan Masalah dalam
Pengelolaan kelas
Untuk menagkal dan menagulangi kenakalan anak perlu diketahui secara
dini dan seksama tentang penyeba-penyebab misalnya :[10]
1. Faktor perkembangan jiwa pada priode pubertas
2. Ligkungan keluarga yang broken home
3. Lingkungan sekolah yang menjemuhkan, kurang
kreatif dan otoriter
4. Lingkungan masyarakat penuh spekulasi dan
sebagainya
Ada
beberapa Langkah-langkah yang bisa diterapkan oleh guru di kelas yaitu:
1. siswa
yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi dukungan yang
positif.
2. Guru
mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas.
3. Sikap
siswa yang keras dihadapi dengan tenang dan bijaksana.
4. Guru
harus selalu memperhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan.
Langkah yang tepat untuk menanganinya
kebajikan-kebajikan yang dapat diambil dan menagulangi kenakalan-kenakalan anak
dapat dilakukan memalui Tri pusat pendidikan, yaitu dalam lingkunagan sekolah
atau pendidikan formal da lingkungan sosial masyarakat.
Soslusi dalam penyelsaian masalah dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :
1. Penyelasian masalah berdasarkan pengalaman
masal lampau biasanya cara ini digunakan pada maalah-masalah yang akan muncul
muncul secara berkala yang hanya berbeda alam bentukm penampilan
2. Peyelsaian masalah secara intuitif masalah
diselaikan tidak berdasarkan akal tetapi berdasarkan firasat dan intuisi
3. Penyeleaian masalah dengan cara trial dan eror dengan cara coba-coba
sehingga ditentukan penyelesaian yang tepat
4. Penyelaaian masalah dengan otoritas dilakukan
berdassarkan kewenagan seseorang
5. Penyelelasaian malah nerdasarkan metafisik.
Masalah-masalah yang dihadapi di dalam dunia empirik diselsaikan dengan konsep
yang baik
6. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah
penyelasian masalah secara rasional melalui masalah rasional secara rasional
melalui proses indukatif.
Dalam rangka memperkecil masalah dalam ganguan
dalam pengelolaan kelas dapat dapat di pergunakan prinsip-prinsip pengeloaan
kelas. Prinsip-prinsip yang dimaksud sebagai berikut :
1. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses
belajar mengajar. Guru hangat dan akrab pda anak didik selalu menunjukan
antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya. Akan berhasil dalam
mengimpletasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Pengunaan kata-kata, tindakan, cara kerja,
atau bahan-bahan yang menanantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar
sehingga menguragi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
3. Bervariasi
Penggunan alat atau media, gaya mengajar guru,
pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi muculnya ganguan,
meningkatkan perhatian siswa kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya
pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan
4. Penekanan pada hal yang efektif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik guru
harus menekankn hal yang psitif dan menghindari pemutusan perhatian pad hal-hal
yang negative yaitu penekanan pada hal-hal yang positive yaitu penekanan guru
terhadap tingkah laku siswa. penekaan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif dan keadarn guru untuk menghindari kesalahan yang dapat
menggangu jalannya proses belajar mengajar.
E.
Penataan,
Pengaturan dan Pengelolaan Kelas yang Efektif
Efektifitas
dan efisiensi pembelajaran membutuhkan iklim kelas yang kondusif yaitu suasana
belajar yang menyenangkan. Untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/penataan
ruang kelas beserta isinya. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi yang aktif antara siswa dengan guru dan antar
siswa. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas yaitu:[11]
1. Visibility
( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan
penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa,
sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang
sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.sepeti penataan bangku lemari di sudut ruangan penepatan fasilitas
kelas diletakan di tempat yang sekiranya tidak menggangu pndangan siswa ke guru
2. Accesibility
(mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan
siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses
pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui
oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu
siswa lain yang sedang bekerja. Yaitu pengaturan bangku yang tidak terlalu
rapat dan di beri jarak antara bangsu siswa dengan bangku temannya yang
disamapingnya
3. Fleksibilitas
(Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya
mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran
menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok. Seperti meyediakan tempat khusu
untuk barang barang atau fasilitas sekolah seperti lamari dan rak penyimpanan
barang
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan
temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas. Pengaturan bangguan
sekolah seperti jendela untuk udara dan cahaya dan keluasan ruangan
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan
usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan
belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif
pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
Berkaitan dengan menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif, guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah
laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas. Tingkah laku peserta didik
yang bisa merusak suasana kelas misalnya mengantuk, ribut, nakal, dan
mengganggu siswa yang lain. Guru harus
bisa mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut.[12]
Pengelolaan
kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru harus bisa
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian
rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran efisien dan
menggunakan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang
efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling
sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun
pendekatan yang dikatakan paling baik.
Seorang
guru atau dosen yang profesional harus berpedoman pada tiga pilar utama dalam
melaksanakan tugas pembelajaran di kelas yaitu menguasai materi pembelajaran,
profesional untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dan
berkepribadian matang.[13]
1. Penguasaan
materi pembelajaran
Kemampuan penguasaan materi pembelajaran
merupakan kemampuan strategis yang mutlak harus dimiliki oleh seorang. Guru
yang tidak menguasai materi tidak akan lancar menyampaikan pelajaran, banyak
berhenti atau melihat buku bahkan mungkin berbuat banyak kekeliruan. Kekakuan
dan kekeliruan yang diperlihatkan guru akan menyebabkan kegelisahan pada siswa
yang akhirnya mengakibatkan kurangnya perhatian, kurangnya penghargaan baik
pada pelajaran maupun pada guru. Oleh sebab itu, penting bagi guru, sebelum
memasuki kelas, untuk merancang dan menguasai materi yang akan disampaikan
kepada peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Materi dikemas
berdasarkan tujuan, kompetensi dan indikator belajar yang telah dikembangkan
sebelumnya.
2. Penyampaian
materi pembelajaran
Penyampaian materi yang baik oleh guru
dapat dilakukan dengan mengelola proses pembelajaran sehingga siswa dapat
belajar dalam situasi kondusif dan menyenangkan. Proses pembelajaran merupakan
rangkaian interaksi antara siswa dengan guru. Banyak cara atau metode mengajar
yang dapat digunakan guru dalam penyampaian materi pembelajaran. metode yang
baik disesuaikan dengan situasi dan kondisi di kelas.
3. Berkepribadian
yang matang
Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar
dan pembimbing dituntut memiliki kematangan atau kedewasaan pribadi serta
kesehatan jasmani dan rohani.
Penguasaan guru terhadap materi
pembelajaran, keahlian dalam menyampaikan materi pembelajaran dan kepribadian
yang matang merupakan kemampuan didaktik yang harus dimiliki dan harus
ditingkatkan sehingga mampu membangun suasana pembelajaran yang produktif,
kreatif dan inovatif.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Ketermpilan
pengelolaan kelas perlu
dimiliki oleh guru, karena
hal ini akan membantu dalam pencapaian tujuan
pembelajaran sendiri. Pengelolaan
klas adalah
kegiatan yang dilakukan
oleh guru yang ditujukan
untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajara yang kondusif
dan optimal. Pngelolaan
kelas ditekan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembeajran yaitu berkaita dengan pengaturan (siswa) dan barang/fasilitas. Beberapa
masalah pengelolaan kelas adalah :
o
Kurang kesatuan dengan adanya
kelompok-kelompok dan pertentangan
jenis kelamin.
o
Tidak ada standar perilaku dalam bekerja
kelompok.
o
Reaksi negative terhadap anggota kelompok,
dll.
Jenis
masalah dalam Pengelolaan Kelas
1. Masalah yang bersifat Individual.
a. Attention
getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
b. Pola
perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan.dll
2. Masalah bersifat kelompok.
a. Kelas
kurang kohesif (akrab), karena alasan jenis kelamin, suku, tingkat sosial
ekonomi, dan sebagainya.
b. Kekurang
mampuan mengikuti peraturan kelompok. Seperti Penyimpangan dari norma-norma
perilaku yang telah disepakati sebelumnya, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
AM, Sadirman, 2005, Interaksi
dan Motivasi Belajar Dan mengajar, Jakarta : Raja Grafindo
Perseda.
Damil,
Sudarman, 2010, Visi Baru Manajemen
Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan
Zain, 2010, Strategi Belajar Mengajar Jakarta
: Rineka Cipta.
Rohani Ahamad dan Abu Ahmad, 2000, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Misdar, M, Revilitasi interaksi Pedagogik Guru Dengan Siswa Dalam
Pembelajaran, Tadrib Vol.1No. 2
Desember 2015.
Mukhtar dan Iskandar, 2010, Desain Pembelajaran Besbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi, Jakarta : Gaung Perseda ,
Suryana, Ermis, Analisis Kiberja Siswa Peserta Micro
Teaching FTIK UIN Raden Fatah Plembang , Tadrib, Vol, 1 No.IV Juni 2018.
Syarnubi, Manajemen Konflik Dalam Pendidiakan Islam dan Problematikanya, Tadrib
vol 2 No.1, juni 2016.
Hasibuan J.J dan Moejiono, 2005, proses Belajar Mengajar, Bandung :
Rineka Cipta
Syodih, Nana Sukmadinata 2009, Landasan Pisikologi Proses Pendidikan, Bandung
: Remaja Rosdakarya
[1]Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Besbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi, (Jakarta : Gaung Perseda , 2010), hlm,159
[2]Syarnubi, Manajemen Konflik Dalam Pendidiakan Islam dan Problematikanya, Tadrib
vol 2 No.1, Juni 2016, hlm, 4
[4]Sudarman Damil, Visi Baru Manajemen Sekolah, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2010), hlm 160.
[5] Ibid, hlm, 169
[6]M. Misdar, Revilitasi interaksi Pedagogik Guru Dengan Siswa Dalam Pembelajaran,
Tadrib Vol.1No. 2 Desember 2015, hlm, 4.
[7]Ermis Suryana, Analisis Kiberja Siswa Peserta Micro
Teaching FTIK UIN Raden Fatah Plembang , Tadrib, Vol, 1 No.IV Juni 2018,
hal, 123.
[8]Saiful Bahri djamarah dan Aswan
Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta
: Rineka Cipta 2010), hlm, 150
[9]Ahamad Rohani dan Abu Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta :
Rineka Cipta 2000), hlm, 150.
[10] Ary Gunawan, Administrasi Skolah, (Jakarta : Rineka
Cipta 2006), hal, 12.
[11]Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Dan mengajar, (Jakarta : Raja
Grafindo Perseda, 2005), hlm, 160
[12]Mukhtar dan Iskandar, Desain Pembelajaran Besbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi,....hlm, 178
[13]Nana Syodih Sukmadinata Landasan Pisikologi Proses Pendidikan, (Bandung
: Remaja Rosdakarya 2009 ), hlm, 260.
No comments:
Post a Comment